Timika, fajarpapua.com – Akademi Penerbang Indonesia (API) Banyuwangi yang kerap disebut Sekolah Pilot Banyuwangi, pada Sabtu (24/9) mewisuda 23 orang taruna, tiga diantaranya adalah peserta beasiswa Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK).
Yang menarik, dari tiga peserta wisuda yang kesemuanya putra asli Mimika itu, ternyata ada nama Mikel Waoteyau. Mikel mencatat rekor sebagai putra Kamoro (Mimika Wee) pertama yang berhasil lulus sekolah pilot.
Selain Mikel, dua nama lainnya putra Amungme yakni Nataliu Edison Mom dan Petrotinus Kum. Ketiga peserta beasiswa YPMAK lulusan API Banyuwangi ini diwisuda dengan predikat sangat baik.
Prosesi wisuda berlangsung di Ball Room elRoyale Hotel Banyuwangi yang dipimpin Kepala Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Perhubungan Udara Dr.Ir Heri Sudarmaji DEA, QEA.
Direktur API Banyuwangi, Capt Daniel D Rumami dalam laporannya menyebutkan ada enam point dalam pelaksanaan penutupan pendidikan. Pertama, pelaksanaan pendidikan program studi diploma III penerbang sayap tetap angkatan I yang dilaksanakan pada 10 Agustus 2019 hingga 10 Agustus 2022. Kedua, pelaksanaan diklat program non diploma penerbang angkatan XXII pada 30 November 2020 hingga 9 September 2022.
Ketiga, pelaksanaan diklat commercial pilot license-instrument rating (CPL-IR) from non skill angkatan I pada 26 April 2019 hingga 20 Mei 2022. Keempat, pelaksanaan diklat commercial pilot license-instrument rating (CPL-IR) from non skill angkatan II pada 6 November 2019 hingga 9 September 2022.
Kelima, program studi diploma III penerbangan sayap tetap angkatan I telah menyelesaikan total 111 SKS dengan rincian teori 63 SKS dan praktek 48 SKS. Keenam, non diploma penerbang angkatan XXII dan commercial pilot license-instrument rating (CPL-IR) from non skill angkatan I dan II telah menyelesaikan total pendidikan ground 528 JP, simulator 46 JP dan jam terbang 165 jam.
“Penentuan kelulusan taruna ditetapkan berdasarkan hasil ujian seluruh mata kuliah oleh dosen, instruktur, pembina dan penyelenggara serta hal-hal yang dinilai meliputi kemampuan akademik dan sikap perilaku selama mengikuti pendidikan,” jelas Capt Daniel.
Wisudawan API Banyuwangi terdiri atas 10 orang taruna program studi diploma III penerbang sayap tetap angkatan pertama. Sembilan orang taruna diklat program non diploma penerbang angkatan XXII fase PPL dan CPL. Satu orang taruna diklat CPL-IR non skill angkatan pertama dan tiga orang taruna diklat CPL-IR non skill angkatan II.
Kepala Pusat Pengembangan SDM Perhubungan Udara, Heri Sudarmaji dalam sambutannya mengingatkan para lulusan API Banyuwangi agar selalu bertanggungjawab dalam mengemban tugas dan tanggungjawab.
Dia juga mengucapkan selamat bergabung kepada para lulusan API dalam dunia kementerian perhubungan, khususnya perhubungan udara.
Direktur YPMAK, Vebian Magal melalui Staff Khusus Direktur Bagian Kemitraan, Thobias A Maturbongs atas nama Pembina dan Pengurus YPMAK menyampaikan terimakasih kepada pimpinan dan seluruh staff pada lembaga pendidikan API Banyuwangi yang telah mendidik serta membina tiga orang peserta beasiswa YPMAK hingga berhasil menyelesaikan pendidikannya.
“Ini baru tahap aman pertama buat anak-anak kita sebab mereka baru saja diwisuda sedangkan perjalanan karir mereka sebagai seorang pilot masih panjang. Ada tahapan-tahapan selanjutnya harus harus dilewati, sebab itu jangan cepat merasa puas,” kata Thobias yang hadir mewakili Direktur YPMAK, Vebian Magal pada acara wisuda tersebut.
Mewakili pihak YPMAK, Thobias juga mengatakan, wisuda kali ini punya nilai tambah sebab salah satu putra Mimika asli asal Kampung Aikawapuka, Mikel Waoteyao berhasil menjadi seorang pilot dan dia adalah anak Mimika asli yang pertama. “Menjadi pilot bukan pekerjaan gampang sebab ketika kalian menerbangkan pesawat, ada sekian banyak nyawa yang menjadi tanggungjawab kalian. Salah membuat keputusan berarti taruhannya nyawa,” pesan Thobias pada kesempatan itu.
Kepada pimpinan API Banyuwangi, Thobias mewakili pihak YPMAK menitip enam orang taruna yang saat ini sedang belajar di API Banyuwangi agar mereka bisa selesai pendidikan tepat waktu dan kemudian berkarya di dunia penerbangan, tidak harus terbang di Papua tapi bisa juga di luar Papua.(ana)