Dia mengkhawatirkan ada unsur politis dalam pengosongan panti tersebut. Padahal para penghuni panti adalah anak asli Papua yang masa depannya harus diselamatkan.
“Secara pemikiran stigma saya, seharusnya merekalah yang menjamin kemerdekaan anak-anak. Justru karena adanya anak-anak di panti ini lah yang bisa membuat panti ini terbantu, tanpa anak-anak tidak mungkin bangunan ini bisa jalan,” lanjut Deliana.
Dengan adanya pengosongan panti, Gedung Aula yang baru selesai dibangun bulan Desember 2020 mubazir tidak terpakai, Gedung besar tersebut dibangun sendiri oleh Dinas Sosial untuk kepentingan giat belajar mengajar serta ibadah anak asuh Panti Rehabilitasi ENY.
“Kalau memang panti dikosongkan dengan alasan tidak ada anggaran dana, secara akal sehat kami tidak terima. Justru karena adanya anak-anak asuh anggaran pasti jalan,” ujarnya.
Deliana menerima informasi bahwa terkait pengosongan gedung ini, Bupati dan Wakil Bupati masih mendiskusikan solusinya.(rul)
