BERITA UTAMAMIMIKA

500 Persen Diatas Harga Subsidi, Pupuk Non Subsidi Mencekik Petani Timika

cropped cnthijau.png
8
×

500 Persen Diatas Harga Subsidi, Pupuk Non Subsidi Mencekik Petani Timika

Share this article
Rendi Surandi Petani Cabai di Wonosari Jaya
Rendi Surandi Petani Cabai di Wonosari Jaya

Timika, fajarpapua.com – Sebagian besar petani di Kelurahan Wonosari Jaya, Distrik Wania saat ini tidak bisa menstabilkan pH atau kesuburan tanah pertanian mereka.

ads

Hal ini karena harga sejumlah jenis pupuk yang dibutuhkan untuk kembali menyuburkan lahan memiliki harga yang tinggi.

Bahkan harga pupuk non subsidi dirasa sangat mencekik para petani karena memiliki harga hingga 5 kali atau 500 persen lebih tinggi dari pupuk subsidi.

Sementara itu, pupuk subsidi yang diharapkan para petani juga jumlahnya sangat minim dan jauh dari jumlah kebutuhan petani.

“Terpaksa, mau tidak mau kami harus membeli pupuk non subsidi dengan biaya lima kali lipat dibandingkan harga subsidi,” Ujar seorang petani cabai Rendi Surandi, kepada fajarpapua.com, Sabtu (4/9) lalu.

Diakui, karena mahalnya harga pupuk sejak awal dirinya memang tidak mengelolah lahan maupun melakukan pemupukan yang maksimal.

“Bisa dilihat hasil produksi cabai di lahan saya tidak stabil, karena memang dari awal saya tidak fokuskan untuk pemberian pupuk, karena tidak ada pupuk bersubsidi, jadi pupuk mahal,” ujarnya saat ditemui di kebun yang di garapnya.

Dikatakan untuk proses penanaman lanjutnya, setiap petani membutuhkan beberapa jenis pupuk dasar, seperti pupuk kandang, NPK ataupun Phonska, KCL dan SP-36.

“Masing-masing jenis pupuk tersebut dibutuhkan untuk mengembalikan kesuburan. Sementara harganya sangat tinggi, sehingga kami harus mengeluarkan modal yang cukup besar hanya untuk membeli pupuk dasar,” jelasnya.

Rendi mengungkapkan, sebagai ilustrasi untuk jenis pupuk NPK subsidi harganya dikisaran Rp 120 ribu per karung 50 kilogram.

“Tapi kalau yang non subsidi seperti NPK contohnya harganya lebih tinggi 5 kali lipat yaitu sekitar 650 ribu rupiah per karung 50 kilogram,” katanya.

Dengan tingginya harga tersebut ujar Rendi, dari yang seharusnya dibutuhkan 1 kuintal atau 2 karung pupuk NPK untuk mengolah lahannya seluas 2500 meter persegi, dirinya hanya mampu membeli 1 karung.

“Karena kurangnya pupuk sehingga daun cabai ini menjadi keriting, lha kalau pupuknya ada gak bakalan begini,” kata Rendi.

Namun dirinya bersyukur karena dirinya masih dapat memanen cabai dalam seminggu rata-rata 40 kilogram dengan harga saat ini sekitar Rp 40 ribu per kilogramnya.

“Kalaupun harga cabai mahal, ya itu karena mahalnya pupuk, biaya perawatan dan ongkos para pemetik cabai, katanya. (feb)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *