BERITA UTAMAINTERNASIONAL

AS Berharap Vaksin Penguat Tekan Angka Kematian Juga Penularan

cropped cnthijau.png
8
×

AS Berharap Vaksin Penguat Tekan Angka Kematian Juga Penularan

Share this article
Vaksin Covid-19
Vaksin Covid-19

Chicago, fajarpapua.com – Para pejabat Amerika Serikat berharap suntikan penguat (booster) juga dapat mencegah kasus infeksi COVID-19 dengan gejala ringan.

Pemerintah AS tengah bersiap memberikan suntikan booster untuk mengatasi turunnya perlindungan vaksin dan melonjaknya kasus rawat inap dan kematian yang disebabkan oleh varian Delta yang sangat menular.

Klik iklan untuk info lebih lanjut

Secara teori, suntikan penguat dapat mengurangi penularan virus dan mempercepat pemulihan AS.

“Itu bukan alasan utama (pemberian booster), tetapi sebenarnya bisa menjadi hal yang sangat positif,” kata Dr. Anthony Fauci, ahli penyakit menular terkemuka yang menjadi penasihat COVID-19 pemerintah AS, kepada Reuters.

Alasan utama pemberian booster, kata Fauci dalam wawancara via telepon, adalah untuk membalikkan tren peningkatan “infeksi terobosan” atau infeksi pada orang-orang yang telah divaksin lengkap, hal yang dibantah oleh banyak ahli.

Data menunjukkan sebagian besar kasus infeksi terobosan yang parah terjadi pada orang berusia di atas 65 tahun atau mereka yang imunitasnya terganggu. Kelompok terakhir itu sudah direkomendasikan untuk mendapatkan dosis ketiga.

Larry Corey, pakar virologi di Pusat Kanker Fred Hutchinson Seattle yang mengawasi uji coba vaksin COVID-19 yang disetujui pemerintah AS, adalah pendukung penggunaan dosis penguat untuk meningkatkan kadar antibodi yang cukup guna mencegah infeksi.

“Jika Anda tidak terinfeksi, Anda tidak akan menularkan (virus) ke orang lain, dan kita akan lebih efektif menghentikan epidemi, dan itu memiliki manfaat ekonomi,” kata Corey.

Masalahnya, menurut banyak ahli, hanya ada sedikit bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa suntikan penguat dapat mencegah infeksi dan penularan.

Beberapa penelitian pemerintah menunjukkan ketika terinfeksi oleh varian Delta, orang yang telah divaksin lengkap dapat menularkan virus, umumnya kepada orang yang tidak divaksin.

“Jika Anda melihat bukti dari Amerika Serikat, jelas sekali bahwa perlindungan terhadap infeksi dan penyakit bergejala ringan hingga sedang berkurang,” kata Fauci.

Hal itu terjadi di antara banyak populasi yang diteliti AS, termasuk penelitian terbaru pada 600.000 kasus COVID-19 di 13 negara bagian dan kota besar. “Tidak secara dramatis, tapi cukup,” kata dia.

“Apa Tujuannya?”

Meski sekitar 63 persen penduduk yang memenuhi syarat di AS telah divaksin penuh, varian Delta telah memicu lonjakan kasus infeksi yang mematikan di antara mereka yang tidak divaksin.

Dua vaksin yang paling banyak digunakan di AS –vaksin Pfizer dan Moderna– sangat efektif melawan varian asli namun kurang efektif terhadap Delta.

Kasus infeksi meningkat di antara mereka yang telah divaksin, termasuk beberapa orang yang akhirnya dirawat inap atau meninggal.

Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) akan merilis data tentang suntikan penguat pada Rabu pagi jelang pertemuan panel penasihat vaksin pada Jumat.

Data tersebut mencakup informasi tentang dampak booster di Israel, di mana pemerintah di sana telah mempelajari dengan cermat penerima vaksin Pfizer/BioNTech.

Dalam pengarahan mingguan COVID-19 di Gedung Putih, Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) Dr. Rochelle Walensky, Koordinator Tanggap Darurat COVID-19 Gedung Putih Jeffrey Zients dan Fauci telah menyatakan keprihatinan mereka bahwa berkurangnya kekebalan terhadap COVID-19 bergejala ringan dapat mengarah pada menurunnya perlindungan terhadap penyakit parah, rawat inap dan kematian, merujuk pada data dari Israel.

Perdebatan mengenai dosis penguat di AS telah menjadi masalah utama bagi para pakar virologi. Sebagian besar dari mereka masih tidak yakin bahwa vaksin telah kehilangan kemampuannya untuk mencegah penyakit parah dan rawat inap.

Pekan ini, sebuah artikel di jurnal kesehatan Lancet yang ditulis dua ahli vaksin FDA dan ilmuwan senior di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menantang alasan pemberian dosis penguat.

Mereka mengatakan lebih banyak bukti diperlukan untuk membenarkan penggunaan booster secara luas dan bahwa sebagian besar kasus COVID-19 ditularkan oleh mereka yang tidak divaksin.

Dr. Paul Offit, pakar penyakit menular di Universitas Pennsylvania dan anggota panel penasihat vaksin di FDA, tidak yakin dengan argumen bahwa dosis penguat sudah diperlukan.

“Pertanyaannya adalah, apa tujuannya? Jika tujuan dosis ketiga adalah untuk meningkatkan perlindungan terhadap penyakit serius, tidak ada bukti bahwa itu menjadi masalah,” kata Offit.

“Jika tujuannya adalah meningkatkan kadar antibodi penetralisir untuk mengurangi kasus tanpa gejala atau kasus ringan, maka kita harus melihat data itu.”

Corey mengatakan membuktikan vaksin mencegah penularan penyakit memerlukan standar yang tinggi.

“Apakah ada buktinya hari ini? Tidak, namun ada banyak alasan untuk percaya bahwa ini mungkin, dan mungkin bermanfaat,” kata dia.

Fauci mengatakan data Israel menunjukkan bahwa sejak pemberian booster dimulai, mereka telah melihat penurunan angka reproduksi virus, indikator yang menunjukkan berapa banyak orang lain yang kemungkinan akan terinfeksi COVID-19. Semakin tinggi kekebalan suatu populasi, semakin rendah angka reproduksinya.

Fauci mengaku bingung dengan argumen para ahli vaksin bahwa booster hanya diperlukan ketika vaksin tidak lagi mampu mencegah penyakit parah, rawat inap dan kematian.

“Apa masalah magis dan mistis tentang rawat inap? Saya tidak mengerti itu,” kata Fauci. “Apa yang sebenarnya kami katakan adalah kami tidak peduli tentang apa pun kecuali mencegah orang dirawat di rumah sakit. Benarkah? Kamu bercanda.” (ant)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *