Timika, fajarpapua.com – Kepala Kampung Naena Muktipura (SP 6) Distrik Iwaka, Lalu Sukri Rahman meminta Pemerintah Daerah Mimika melalui Dinas Tanaman Pangan, Perkebunan dan Hortikultura agar memperhatikan nasib para petani yang ada di kampung-kampung, terutama SP 6.
Meskipun hasil sayur dan buah dari petani SP 6 mendominasi pasaran di wilayah Timika, namun masyarakat wilayah itu terus mengeluhkan mahalnya harga pupuk.
Sukri yang ditemui fajarpapua.com di SP 6, Sabtu (2/7) mengemukakan, pupuk subsidi hanya sekali setahun yang dibagikan di setiap kelompok tani yang ada di Naena Muktipura. Jumlah pembagiannya pun warga hanya mendapat satu karung NPK dan satu karung urea.
“Itu sangat tidak cukup, apalagi lahan yang digarap warga ini luas, satu sampai 2 hektare per keluarga,” ujarnya.
Sebagai penghasil sayur dan buah terbesar di Mimika, warga petani SP 6 setiap harinya membawa hasil kebunnya ke pasar dalam jumlah minimal diatas 10 ton.
“Tapi ya kembali lagi dengan harga pupuk yang mahal ini untung-untungan warga dapat menyisakan uang hasil jualan sayurnya,” katanya.
Ditemui terpisah, petani Naena Muktipura yang biasa dipanggil Pak Mus mengaku merasakan imbas dari mahalnya harga pupuk saat ini. Dimana harga pupuk non subsidi mencapai Rp 1.050.000, dan itu benar-benar mencekik petani.
Pak Mus sendiri sering mengeluarkan modal besar demi menghidupi tanamannya menggunakan pupuk non subsidi lantaran tidak ada pupuk subsidi dari pemerintah.
“Dulu harga pupuk per karung masih tujuh ratusan, sekarang sudah satu juta lebih, dan itu kalau harga jual bagus kita masih dapat, tapi kalau harga anjlok kayak sekarang ini, sudah jelas kita rugi,” ungkapnya.
Saat ini dirinya sedang menanam sayur pare dan timun yang mana harga pare per kilonya hanya tiga ribu rupiah dan diakuinya dengan harga tersebut dia rugi.
“Kalau seperti sekarang ini harga pare tiga ribu dan pasti itu sudah rugi kita, dulu pernah sampai 7 ribu itu tertinggi harga pare di saya. Sebenarnya kalau stabil harga pare 5 ribu saja itu sudah lumayan,” paparnya. (feb)