BERITA UTAMAMIMIKA

Seorang Pria Tewas Kehabisan Darah Saat Babat Lahan di Kaugapu Timika, Tinggalkan Anak Usia 5 Tahun

cropped 895e2990 d422 4061 9705 e533253f1607.jpg
6
×

Seorang Pria Tewas Kehabisan Darah Saat Babat Lahan di Kaugapu Timika, Tinggalkan Anak Usia 5 Tahun

Share this article
IMG 20220718 WA0015
Almarhum Bernardus Ohoiwirin saat masih hidup. Sumber foto: Arsip Keluarga Hemar.

Timika, fajarpapua.com – Keluarga besar kampung Waur, Kei Besar di Timika berduka. Bernardus Ohoiwirin yang akrab disapa Abang Urip meregang nyawa karena kehabisan darah, Minggu (17/7) pagi.

Kejadian berawal dari niat korban membabat lahan milik keluarga besar Waur di Timika yang terletak di Kampung Kaugapu. Sejumlah warga Waur Minggu pagi berbondong-bondong menuju lokasi tersebut. Segala perbekalan disediakan termasuk makan dan minum.

Klik Gambar Untuk Informasi Selanjutnya
Klik Gambar Untuk Informasi Selanjutnya

“Lahan itu sudah dibeli dan biasanya ada kerja gotong royong babat lahan,” ungkap Germania Yeuyanan anggota keluarga dekat Abang Urip.

Yana, sapaan akrabnya bercerita Abang Urip dan keluarga datang berpamitan sekitar pukul 06.00 pagi. Kebetulan yang bersangkutan memboyong istri tercinta Paskalina Jeujanan dan Asri Ohoiwirin putri semata wayang mereka yang masih berusia 5 tahun.

Abang Urip yang dikenal sangat baik dan tak banyak bicara itu mengambil posisi di lahan miliknya. Dia mulai membabat lahan seorang diri, sementara sejumlah warga lain di lokasi masing-masing.

Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Parang yang dipakai Abang Urip untuk membersihkan lahan terlepas dari hulu dan mengiris bagian paha. Darah seketika mengucur deras dari luka yang menganga.

Korban berteriak minta tolong dan beberapa saat kemudian salah satu warga yang berada sekitar 20 meter datang.

Pria rendah hati dan pekerja keras itu berusaha menutup luka dengan kedua tangan sendiri sampai pertolongan tiba.

“Itu terjadi sekitar jam 10 pagi dan setelah kejadian, keluarga berusaha memberikan pertolongan pertama seadanya,” ujar Yana.

Pendarahan hebat tersebut ditambah medan yang berat, memaksa sanak famili Waur membuat tandu darurat dari bahan papan.

Abang Urip sudah tak mungkin lagi dibopong karena kondisi yang semakin lemah dan pucat. Setelah beberapa saat, tandu berhasil dibuat sementara Abang Urip kian melemah dan tampak kaku.

“Tadinya mereka berpikir Urip hanya shock dan pingsan karena sudah kaku dan pucat,” tutur Yana yang juga mempekerjakan Abang Urip sebagai karyawan utama di Kimberly Tenda di Timika itu.

Lokasi antara TKP dengan jalan utama sekitar 2 kilometer ditambah sulitnya medan akibat curah hujan yang terus menerus membuat jalan berlumpur. Semua lelaki yang mengangkat tandu bermandi lumpur.

Setibanya di jalan utama, dua unit mobil ambulance sudah disiapkan Yana. Dengan kecepatan tinggi mobil ambulance bertolak dari Kaugapu menuju RSUD Mimika.

Setibanya di UGD, pihak keluarga dikejutkan dengan keterangan dokter yang memastikan bahwa sebenarnya Abang Urip sudah tidak bernyawa beberapa jam yang lalu.

Sosok Abang Urip adalah ayah yang terkenal pendiam, tapi banyak tingkah dan seorang pekerja keras.

Sedikit pelajaran hidup yang dilakoni almarhum. Bernardus Ohoiwirin adalah ayah jaman now yang akrab dengan handphone.

Tontonan favoritnya adalah mukbang orang Korea. Itulah hiburan ‘Bapi’ begitu putrinya memanggil di kala senggang orderan atau rehat sejenak. Abang juga dikenal cukup sigap ketika orderan pasang tenda datang dari pimpinan.

Kepergian almarhum meninggalkan anak semata wayang yang masih berusia 5 tahun dan sang istri. Selamat jalan Bapi, moga bahagia di surga.(ani)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *