Timika, fajarpapua.com – TRANSPORTASI menjadi salahsatu kendala utama proses pembangunan dihampir seluruh wilayah di Provinsi Papua tak terkecuali di Kabupaten Mappi.
Kabupaten Mappi yang memiliki luas 23.824 km terletak pada posisi sebelah Barat Laut dari Kabupaten Merauke atau pada posisi : 137’29-139’52 BT dan 4’4-9’2 LS.
Sebagaimana wilayah di selatan Papua, kondisi topografi Kabupaten Mappi memiliki dataran rendah dengan kondisi lahan berawa-rawa dan dataran tinggi berbukit dan berbatu-batu dengan posisi ketinggian tertinggi antara 0-60 meter diatas permukaan laut.
Dengan kondisi ini, maka perahu atau spedboat menjadi alat transportasi utama yang menghubungkan antar wilayah distrik maupun kampung di Kabupaten Mappi.
Sehingga dibutuhkan perjuangan ekstra keras bagi setiap orang jika ingin mengunjungi wilayah itu, apalagi kondisi aliran sungai di Kabupaten Mappi yang masih alami dan ditumbuhi berbagai tumbuhan.
Akses menuju lima distrik tersebut cukup sulit lantaran tumbuhnya Hanguana Malayana atau yang lebih dikenal Tebu Rawa sebagai tanaman endemik di Papua.
Tumbuhan ini berkembang pesat dihampir semua aliran sungai yang menjadi penghubung wilayah seperti Sungai Obaa, Miwamen, Keeme, Weldeman dan Eilanden.
Karena pesatnya pertumbuhan Tebu Rawa ini sehingga menghalangi aliran sungai sebagai jalur transportasi masyarakat.
Hal inilah yang dirasakan Penjabat Bupati Mappi, Michael R. Gomar S.STP, M.Si yang harus telah berpeluh karena harus ikut mendorong speedboat saat melintasi Sungai Weldeman ketika melakukan kunjungan ke Distrik Pasue Bawah, Distrik Pasue Atas, Distrik Citak Mitak, Distrik Tizain dan Distrik Kaibar.
Tumbuhan tersebut tumbuh diatas permukaan air dengan akar yang begitu kuat dan menutup akses jalur tranportasi dengan tinggi tumbuhan ini bahkan mencapai 4 sampai 5 meter.
Tak hanya pada satu titik bahkan tumbuhan ini kerap sekali terjadi sampai belasan titik sepanjang aliran sungai dengan panjang satu titik mencapai 100 meter hingga 1 KM menghalangi jalur lintasan.
Untuk melintasi tumbuhan tersebut terlebih dahulu harus dilakukan penebangan pohon Tebu Rawa ini, guna membuka jalur speedboat, bahkan untuk melintasi jalur tersebut meski sudah ditebang speedboat harus didorong.
Meski sudah ditebang bahkan dalam kurung waktu 2 hingga 3 tiga hari tumbuhan baru “Tebuh Rawa” akan muncul kembali akibat pergerakan air disungai.
Meski keberadaannya dianggap sebagai penghambat transportasi sungai, namun tanaman ini juga biasa dikonsumsi oleh masyarakat sekitar.
Namun sayangnya hingga kini, karakteristik ekologi Hanguana dan potensinya belum diteliti secara intensif.
Pj. Bupati Mappi kepada media disela-sela kunjungan kerjanya disejumlah distrik, Senin (24/10) mengatakan kondisi geografis dan topologi wilayah yang cukup sulit memang menjadi kendala dalam melakukan percepatan pembangunan di Kabupaten Mappi.
“Tetapi hal ini harus kita atasi, bahkan terkait dengan Tebu Rawa yang berada di sejumlah titik di Sungai Weldeman. Mulai tahun ini dalam APBD Perubahan kami sudah anggarkan biaya melalui dinas terkait untuk melakukan pembersihan tebu rawa ini,” tegasnya.
Kata Pj. Bupati Mappi, kedepannya juga akan terus dialokasikan anggaran untuk perawatan di jalur sungai yang menjadi penghubung lima wilayah distrik.
“Hal ini harus kita lakukan, supaya akses transportasi ke 5 distrik yang melintasi Sungai Weldeman lancar. Dengan begitu maka bisa mempercepat pembangunan di Distrik – Distrik tersebut,”pungkasnya. (mas/MPI)