BERITA UTAMAMIMIKA

Derita Komplikasi, Kadinkes Mimika : yang Terjadi Pada Seorang Anak di Koperapoka Sepenuhnya Bukan Gizi Buruk

cropped 895e2990 d422 4061 9705 e533253f1607.jpg
5
×

Derita Komplikasi, Kadinkes Mimika : yang Terjadi Pada Seorang Anak di Koperapoka Sepenuhnya Bukan Gizi Buruk

Share this article
710d634f 5c83 4f4c a7d2 615fa58bfb3a
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika, Reynold Ubra

Timika, fajarpapua.com – Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika sudah melakukan investigasi kasus dugaan gizi buruk seorang anak usia 4,5 tahun di Kelurahan Koperapoka RT 08 Distrik Mimika Baru.

Dinkes menilai yang terjadi terhadap anak tersebut bukan sepenuhnya gizi buruk tapi penyakit komplikasi.

ads

Investigasi yang dilakukan pertama yakni dengan penelusuran di lapangan untuk memastikan kondisi anak tersebut, gaya hidup di dalam rumah dari keluarga yang bersangkutan serta melakukan investigasi penelusuran dokumen.

Kedua, dengan melakukan pertemuan teknis di Puskesmas Timika pada hari Sabtu lalu, melakukan feedback rapat dengan kepala Distrik dan Kelurahan.

“Dari hasil pertemuan tersebut kami sampaikan kasus itu bukan gizi buruk seperti pemberitaan media,” ujar Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kabupaten Mimika Reynold Ubra kepada wartawan Senin (6/3).

Dijelaskan, penurunan berat badan atau asupan itu dipengaruhi infeksi. Berdasarkan penelusuran dokumen bahwa anak tersebut waktu lahir tahun 2018 kondisinya sehat dengan berat badan saat lahir 2,8 kg, lingkar kepala 34 cm dan panjang badan 48cm.

“Yang saya sayangkan ada media menulis angka-angka tersebut tetapi kesimpulan akhirnya gizi buruk. Karena kita lakukan penulusuran melihat kebelakang, ada definisi gizi buruk, tetapi ada variabel lain yang harus kita lihat,” katanya.

Dari catatan rekam medis anak tersebut merupakan pasien RSMM yang ditangani sampai hari ini. Sehingga kata Reynold belum dilimpahkan kewenangan secara medis ke puskesmas untuk dilakukan tindak lanjut.

“Status anak ini sejak lahir rata-rata setiap 2-3 bulan sakit,” ucap Reynold.

“Itu kejadian penurunan berat badan dalam kondisi gizi buruk, bukan murni gizi buruk. Saya menyebut anak tersebut ada infeksi, saya punya kapasitas menjawab anak tersebut dalam kondisi sakit komplikasi, saya tidak punya hak untuk membuka isi rekam medis . Karena menurut undang-undang rekam medis dan isi rekam medis, rekam medis itu dokumen nya milik rumah sakit, isi rekam medis milik pasien dan milik dokter,” paparnya.

Lalu apa yang dilakukan Dinas Kesehatan? Kata Reynold, pertama yakni Puskesmas kembali merujuk pasien tersebut pada hari Jumat lalu meskipun ada penolakan dari pihak keluarga yang tidak mau dirujuk.

“Tapi setelah diedukasi, dirujuk dan memang dalam kondisi tersebut harus dirujuk. Rujukan karena tim stunting rujukannya ada di RSUD tetapi keluarga yang bersangkutan tidak ingin ke RSUD Mimika sehingga kami rujuk ke RSMM,” katanya.

“Sampai di sanapun tetap tidak mau karena riwayat waktu pulang ke rumah itu adalah riwayat pulang paksa atas permintaan sendiri. Namun setelah itu tim medis RSMM dan RSUD akan saling berkoordinasi dan kami dari Dinas Kesehatan juga melakukan penelusuran dokumen untuk masa recoverynya adalah nanti tim Kabupaten yang akan bekerja,” imbuhnya.

“Kami sudah menyampaikan situasi di lapangan itu ternyata memang kondisi MCK, terus kondisi lingkungan itu tidak menunjang ditambah dengan perilaku dari keluarga tersebut. Jadi itu penyebabnya bukan gizi buruk,” tambahnya lagi.

Disisi lain Dinkes juga telah melakukan sanksi administratif terhadap pegawai yang telah memposting foto tersebut lantaran tidak sesuai dengan undang-undang ITE.

“Kami juga melakukan sanksi administratif terhadap pegawai kami yang memposting karena tidak sesuai dengan undang-undang ITE, tidak ada persetujuan dan tidak sesuai dengan undang-undang keterbukaan publik. Karena pejabat pembuat informasi di dalam Dinkes ini adalah sekretaris. Yang ketiga melanggar sumpah janji profesi,” jelasnya.

Dikatakan juga pelayanan Puskesmas merupakan pelayanan berkunjung dari rumah ke rumah.

“Pelayanan Puskesmas itu pelayanan berkunjung dari rumah ke rumah, jika ketemu kasus, karena kita tahu 80 persen orang yang mengakses layanan kesehatan itu kecuali dalam keadaan kritis,” pungkasnya. (feb)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *