Timika, fajarpapua.com – Surat misterius yang diserahkan TPNPB-OPM kepada pilot Susi Air saat mendarat di Jila, Kabupaten Mimika, Papua Tengah berbuntut panjang. Demi menjaga keselamatan pilotnya, sudah dua bulan ini Maskapai Susi Air menghentikan penerbangan ke Jila.
Menanggapi hal itu, mahasiswa Asal Distrik Jila, Idianus Deikme meminta pihak-pihak terkait agar mengupayakan pembukaan kembali penerbangan ke Jila.
“Distrik Jila merupakan daerah pedalaman Mimika yang hanya bisa diakses melalui transportasi udara. Jarak tempuh yang jauh menyulitkan masyarakat untuk bepergian ke Timika,” ungkap Deikme kepada fajarpapua.com, Jumat (7/4) pagi.
Kata dia, selama ini masyarakat wilayah itu mengandalkan transportasi udara armada milik Susi Air untuk pulang pergi.
“Tapi sejak surat dari TPNPB-OPM dua bulan lalu sekarang akses penerbangan udara Timika- Jila terhenti. Kami masyarakat minta pemerintah daerah, dinas perhubungan dan instasi terkait lainnya bekerja sama dengan pihak keamanan dan maskapai agar penerbangan ke Jila kembali dibuka,” harapnya.
Dari sisi waktu, jika melalui jalur udara hanya ditempuh waktu singkat, sedangkan berjalan kaki memakan waktu kurang lebih 1 minggu.
“Semua perlu ingat pada UU Nomor 1 Tahun 2009 dan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 9 Tahun 2016 bahwa dalam rangka menghubungkan daerah terpencil, daerah tertinggal, daerah yang belum terlayani oleh moda transportasi lain serta guna mendorong pertumbuhan dan pengembangan wilayah guna mewujudkan stabilitas, pertahanan dan keamanan Negara, maka perlu diselenggarakan angkutan udara perintis,” paparnya.
Menurutnya, angkutan Udara Perintis merupakan transportasi andalan. Sehingga ketika angkutan udara terganggu, otomatis menyulitkan warga.
“Kami minta Pemerintah Kabupaten Mimika melalui Dinas Perhubungan bisa menggagas angkutan perintis membuka akses penerbangan rute Timika – Jila, termasuk melobi Susi Air agar kembali membuka rute Timika – Jila,” bebernya.
Dikemukakan, jika Susi Air belum membuka akses ke Jila, maka pendidikan, kesehatan dan ekonomi warga Jila akan terancam.
“Sekarang ini penyaluran logistik dan mobilisasi manusia tidak terlaksana, pertumbuhan ekonomi akan terhenti, dan juga aktivitas lainnya termasuk administrasi pemerintah kabupaten Mimika yang pada akhirnya berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat terhenti,” katanya.(ana)
.