BERITA UTAMAMIMIKA

Penumpang Pelni Timika Keluhkan Kondisi Kapal, Makanan Tidak Layak, WC Jorok, Perjalanan Lama, Harga Kamar Sangat Mahal

cropped 895e2990 d422 4061 9705 e533253f1607.jpg
67
×

Penumpang Pelni Timika Keluhkan Kondisi Kapal, Makanan Tidak Layak, WC Jorok, Perjalanan Lama, Harga Kamar Sangat Mahal

Share this article
KM Sirimau sandar di Pelabuhan Pomako, Rabu (6/4/22).
KM Sirimau sandar di Pelabuhan Pomako, Rabu (6/4/22).

Timika, fajarpapua.com – Murah dan praktis menjadi alasan mengapa warga ekonomi pas-pasan memilih perjalanan menumpangi kapal Pelni.

Namun layanan kapal berplat merah tersebut, khususnya yang melayani wilayah timur Indonesia, terus mendapat sorotan. Sayur dan lauk yang tidak layak konsumsi, kamar WC yang sering jorok, serta lamanya perjalanan membuat penumpang benar-benar tersiksa.

Klik Gambar Untuk Informasi Selanjutnya
Klik Gambar Untuk Informasi Selanjutnya

Tidak jarang, agar bisa bertahan hidup sampai tempat tujuan, banyak penumpang terpaksa membeli makanan di kantin kapal dengan harga yang cukup mahal. Belum lagi harga sewa kamar sangat fantastis.

Blasius Bala, warga Timika asal NTT yang menjadi penumpang langganan kapal Pelni, kepada fajarpapua.com, Minggu (21/5) meminta Presiden RI dan Direktur PT Pelni pusat agar memperhatikan kondisi kapal yang melayani wilayah Timur Indonesia.

Dikemukakan, sejak tahun 1980-an, Pelni sudah melayani angkutan laut menggunakan KM Tatamailau yang menghubungkan wilayah Indonesia timur, tengah dan barat.

Bahkan KM Tatamailau masih beroperasi hingga saat ini dengan rute Merauke, Agats, Pomako, Tual dan seterusnya hingga Bitung.

Sedangkan KM Sirimau, saat ini melayani rute Merauke, Agats, Pomako, Dobo, Tual, Saumlaki, Alor/Kalabahi, Kupang, Lewoleba, Maumere dan seterusnya.

“Mau saya sampaikan di sini bahwa kapal-kapal ini sebenarnya sudah tidak layak tapi kenapa masih beroperasi?. Untuk KM Sirimau, masa kami di selatan Papua ini terima kapal bekas yang sudah tidak layak?. Sedangkan di belahan Indonesia Barat dan Tengah bagus-bagus? Apakah kami di selatan ini bukan warga Indonesia? apakah kami di Papua ini warga kelas 2?” tanyanya.

Bala yang banyak kali menumpangi KM Sirimau dari Pomako tujuan Maumere mengaku selama perjalanan makanan yang disediakan Pantri sangat tidak layak.

“Maaf kayak makanan babi. Ikannya sudah tidak layak. Kalau makan kita punya badan gatal-gatal alergi. Sayur juga sudah layu dan kuning,” bebernya.

Bahkan menurutnya kondisi ini sengaja dibiarkan agar penumpang membeli makanan yang disediakan kantin. “Menurut saya ini permainan di atas kapal biar jualan mereka laris,” tandasnya.

Hal berikut, kasur dan ruangan di dalam dek-dek kapal. Kasur yang dipakai silih berganti oleh penumpang dengan kondisi ruangan pengap (seringkali AC tidak berfungsi) membuat penumpang tersiksa. “Akhirnya kami sewa kamar, untuk ke timur itu harga sampai Rp 3 jutaan, bayangkan,” paparnya.

Dikatakan, banyak penumpang yang turun sampai tempat tujuan dalam kondisi sakit, batuk maupun kesehatan menurun lantaran muntah.

Coba bayangkan, sirkulasi udara tidak jalan, kalau ada penumpang yang sakit TBC? Apa semua tidak ikut tertular?” ujarnya.

Dia mengaku jika ketiadaan kasur terpaksa membeli di calo yang tidak lain oknum orang kapal sendiri.

“Kalau AC sudah tidak jalan karena rusak mereka jual kipas. Kita beli tapi sistem sewa, sampai tujuan mereka ambil lagi,” tukasnya.

Dia berharap presiden dan Pelni pusat mendengar keluhannya.

“Kami butuh kenyamanan dalam perjalanan dan ingin cepat sampai. Dulu KM Tatamailau dari Pomako ke Maumere cuma ditempuh 4 hari saja, sekarang satu minggu. Dugaan saya ini juga permainan, biar lama dalam perlananan dan biar barang-barang jualan di atas kapal laku,” tudingnya.

“Sesekali Menteri Perhubungan, Dirut Pelni sidaklah, coba perhatikan kinerja bawahan yang tidak becus. Kasihan rakyat sengsara, hampir tidak ada pilihan,” bebernya.(ana)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *