BERAWAL tahun 1996-1997, mengangkat konsen pengembangan masyarakat Kamoro dengan mendukung ukiran sebagai bentuk ekspresi budaya khas Kamoro. Mengadvokasi konsep perlindungan Budaya Kamoro pada pihak-pihak pendukung pelestarian budaya lokal.
Tahun 1998 – 2005, menyelenggarakan 8 Festival Budaya Kamoro (Kamoro Kakuru), mengundang kolektor dan pihak yang berminat tinggi pada budaya.
Festival ini berhasil memotivasi seniman untuk menghasilkan karya terbaik.
Selanjutnya tahun 2006, memulai program kerja yang berfokus pada pendampingan seniman ukir dan menghubungkan dengan pasar peminat produk seni. Melakukan pameran di kota-kota besar seperti Jakarta, Denpasar, Surabaya, dan lainnya.
Tahun 2007, memulai program pengenalan budaya Kamoro di sekolah dan kampus. Dalam perkembangannya materi dirancang untuk mengakomodir kebutuhan pelajar berdasarkan usia. Kami berencana melakukan advokasi kurikulum Budaya Kamoro.
Dr. Kal Muller mulai menerbitkan serial buku tentang Papua dan beberapa suku besar di Papua yang diperuntukkan bagi para pelajar dan publik. Sepuluh buku telah terbit dan beberapa naskah tentang suku-suku besar di Papua menanti donatur untuk proses lanjutan.
Berikut tahun 2008, menggagas ide wisata berbasis edukasi untuk mengenalkan budaya, gaya hidup dan alam Suku Kamoro. Yayasan Maramowe Weaiku Kamorowe merancang bentuk layanan dan melatih masyarakat melakukan atraksi budaya. Kini telah siap tujuh kampung wisata yang memberikan manfaat ekonomis bagi masyarakat.
Tahun 2010, menggagas kerjasama dengan kedutaan besar luar negeri untuk Indonesia dengan menggelar kegiatan pameran dan penjualan produk ukiran. Menjadi titik awal bagi upaya promosi budaya Kamoro di kalangan warga negara asing yang tinggal di Indonesia.
Tahun 2014, Yayasan Maramowe sebagai organisasi berbadan hukum resmi berdiri untuk mendampingi dan membantu ratusan seniman ukir dan anyam Kamoro agar terus berkreasi, memastikan budaya warisan leluhur mereka tidak menghilang dan mempromosikan kepada publik.(bersambung)