Database dan Portal Informasi
merupakan sistem pengarsipan dari proses pengumpulan informasi budaya berupa tulisan, catatan data lapangan dan produk visual. Data ini akan dirangkai sebagai bahan yang nantinya akan disajikan kepada publik, dimana Yayasan Maramowe berfungsi sebagai portal informasi bagi budaya Kamoro.
Kamoro Cultural Heritage Center
dirancang dalam dua bentuk, virtual dan bangunan fisik tempat penyimpanan dan memamerkan berbagai benda budaya yang telah dan akan terus dikumpulkan untuk melengkapi cerita tentang adat dan gaya hidup masyarakat Kamoro.
Versi virtual menyajikan rangkuman data dalam bentuk tertulis dan visual yang mudah diakses publik.
Sesekali atraksi budaya dapat digelar sebagai bagian dari wisata edukasi budaya Kamoro.
Pembinaan seniman ukir
sebagaimana kelompok tradisional lainnya, seni ‘tradisional’ suku Kamoro merupakan kesatuan utuh dari kebudayaan mereka, dimana karya-karya paling spektakuler melayani fungsi penting dalam kehidupan ‘religius’ mereka. Tetapi ketika hal spiritual yang melandasi kepercayaan tradisional ini dihilangkan oleh kehadiran agama, sejak pertengahan abad ke -19, karya ukir mereka kehilangan makna.
Karya seni Kamoro menuju kepunahan. Belum sepenuhnya tetapi sudah hampir mati. Ukiran hanya dibuat untuk sedikit ritual penting yang masih tersisa.
Kehadiran PT. Freeport Indonesia dan beberapa perusahaan pendukungnya di Kabupaten Mimika membuka pasar bagi penjualan ukiran.
Dr. Kal Muller, berupaya membangkitkan semangat para seniman dengan menggelar festival tahunan Kamoro Kakuru.
Berkat dukungan dari PT. Freeport Indonesia dan beberapa perusahaan yang ada di kota Timika, festival pertama dapat digelar pada September 1998 dan berhasil meyakinkan para seniman untuk kembali berkarya.
Promosi Budaya Kamoro
Budaya Kamoro belum banyak dikenal sebagaimana tetangganya, Suku Asmat, yang diuntungkan oleh publikasi besar -besaran dengan hilangnya Rockefeller.
Sebagai bagian dari kekayaan ragam budaya Papua dan Indonesia tentunya, Suku Kamoro memerlukan bantuan publikasi untuk membangun kesadaran publik akan kehadirannya melalui berbagai media.
“Selama satu dasawarsa terakhir, kami menyebar informasi seluas mungkin untuk membantu para seniman Kamoro memperkenalkan produk dan budaya ukir /anyam mereka. Baik melalui edukasi kepada generasi muda, publikasi online di akun media sosial dan ketika menggelar kegiatan pameran budaya,” tutur Mbak Lulu.
Maramowe Weaiku Kamorowe Datangi Kampung-kampung
Dengan bantuan dukungan PT Freeport, Yayasan Maramowe Weaiku Kamorowe mendatangi kampung-kampung pesisir Kabupaten Mimika membeli ukiran warga.
Lulu mengatakan, ratusan seniman ukir dan anyam Kamoro tinggal menyebar di puluhan kampung. Sebagian besar kampung berada di area pesisir selatan Kabupaten Mimika yang hanya dapat dijangkau melalui jalur sungai atau laut ketika ombak teduh.
Dia mengakui, dibutuhkan biaya yang cukup tinggi bagi seorang atau beberapa seniman untuk membawa karya mereka ke kota Timika dimana Galeri Seni Kamoro berada (Jalan Nawaripi Dalam). Dukungan para donatur terutama PTFI memudahkan mobilisasi tim yayasan dalam melakukan pengambilan dan pembayaran hasil penjualan ukiran secara berkala guna memangkas bermacam biaya yang membebani para seniman, serta resiko sepanjang perjalanan dan setiba di kota Timika.
Namun, yayasan sebagai organisasi nirlaba tidak dapat membantu para seniman untuk memasarkan karyanya, untuk ini dibentuklah unit usaha yang berpusat di kota Timika. Penjualan hasil kerajinan seniman Kamoro akan menjamin kelangsungan budaya ukir dan anyam. Semakin banyak karya yang dapat dijual, semakin aktif seniman Kamoro berproduksi, dengan demikian, tujuan pelestarian budaya dan pemberdayaan seniman dapat tercapai.
Sebagai produk tradisional dengan peminat khusus, para kolektor dan pecinta cinderamata etnik, diakui Lulu, pameran menjadi ajang paling tepat dalam upaya mendekatkan produk kepada pasar, sekaligus mempromosikan budaya Kamoro kepada publik.
“Dalam setiap ajang pameran yang kami gelar, juga menampilkan pertunjukan tarian dan demonstrasi mengukir yang langsung dibawakan oleh para seniman Kamoro. Dukungan dari mitra kerja dan para donatur diperlukan dalam penyediaan lokasi kegiatan dan tamu -tamu undangan yang akan menentukan keberhasilan penjualan dalam kegiatan pameran,” ujarnya.(bersambung)