Timika, fajarpapua.com – Fenomena dualisme bahkan tigalisme pada lembaga adat Lemasa dan Lemasko yang membuat masyarakat Mimika bingung akhirnya mendapat perhatian penuh Majelis Rakyat Papua Papua Tengah (MRP-PT).
Sebagai langkah awal menghindari perpecahan berkelanjutan dua lembaga adat asli Mimika itu, MRP-PT menggelar pertemuan dan diskusi bersama para tokoh adat dan perwakilan Lemasa – Lemasko di Hotel Horison Ultima Timika, Minggu (11/2) malam.
Ketua MRP-PT, Agustinus Aggaibak ditemui usai pertemuan mengatakan, kegiatan ini merupakan pertemuan awal dengan agenda mendengar aspirasi dari para tokoh adat. Selanjutnya mereka akan melakukan pertemuan berikut dengan melibatkan semua versi Lemasa dan Lemasko untuk menyelesaikan permasalahan dualisme lembaga adat tersebut.
“Intinya ini baru awal ya, pertemuan ini bukan sebuah keputusan tetapi nanti berikutnya kita kumpulkan yang dualisme atau tigalisme tersebut untuk satukan pikiran supaya Lemasa Lemasko itu hanya ada satu,” katanya.
Menurut Agustinus, kehadiran lembaga adat di Mimika sangat penting sehingga semua pihak baik pemerintah maupun pihak lainnya harus bersama-sama untuk mempersatukan Lembaga Adat tersebut agar masyarakat bersatu tidak terpecah karena adanya dualisme.
“Ini harus diselesaikan terlebih dahulu dengan duduk bersama, jangan sampai ada kepentingan-kepentingan kelompok-kelompok tertentu lembaga adat ini menjadi pecah seperti yang terjadi sekarang, dampaknya yang merasakan masyarakat,” tuturnya.
Ia mengungkapkan selaku lembaga kultur masyarakat MRP menginginkan Lembaga Adat ada di semua Kabupaten, sehingga lembaga adat bersama pemerintah, bisa bersinergi untuk menyelesaikan masalah-masalah seperti tapal batas wilayah, hak ulayat dan lain sebagainya.
“Hadirnya Lembaga Adat itu sangat penting makanya kami MRP berharap agar disetiap Kabupaten ada, karena untuk membantu Pemerintah, Pemda tidak bisa berjalan sendiri untuk persiapan yang berhubungan dengan adat, ulayat dan lainnya,” ungkapnya.(ron)