BERITA UTAMAMIMIKA

Ribuan Umat Katolik Mimika Rayakan Misa Kamis Putih, Mengenang Malam Perjamuan Terakhir Yesus

cropped 895e2990 d422 4061 9705 e533253f1607.jpg
56
×

Ribuan Umat Katolik Mimika Rayakan Misa Kamis Putih, Mengenang Malam Perjamuan Terakhir Yesus

Share this article
IMG 20240328 WA0049
Suasana misa Kamis Putih di Gereja St Stefanus Sempan, Timika, Papua Tengah.

ads

Timika, fajarpapua.com – Ribuan Umat Katolik Mimika, bersama miliaran umat kristen seluruh dunia pada Kamis (28/3) malam merayakan misa kamis putih.

Pada peringatan awal Tri Hari Suci itu umat mengenang perjamuan terakhir Yesus bersama 12 muridNya sebelum penyaliban di Bukti Golgota.

Dalam liturgi gereja Katolik, pekan suci Paskah diawali sejak Minggu Palma, kemudian Tri Hari Suci atau Tridum dimulai hari ini Kamis Putih, berlanjut dengan Jumat Agung dan Sabtu Suci.

Ibadah Kamis Putih di Gereja Katedral Tiga Raja dipimpin Pastor RD. Rintho Dumatubun PR, sementara di Gereja St Stefanus Sempan dipimpin pastor Paroki Gabriel Ngga OFM.

Dalam homilinya, Pastor RD. Rintho Dumatubun PR mengajak umat agar merealisasikan cinta yang diteladani Kristus dalam karya nyata sehari-hari.

“Kadang dalam melayani kehidupan sesama kita, kadang kita lebih suka menikmati perjamuan kita daripada membersihkan kaki sesama yang berlumpur. Yang artinya kita kadang memiliki ego dan tidak punya rasa kepedulian. Hari ini kita diajak untuk belajar mengampuni dan memberikan bukti nyata dalam melayani sesama dengan cinta kasih,” ujarnya.

Kemudian ibadah dilanjutkan dengan pembasuhan duabelas kaki murid, disusul perayaan Ekaristi, dan terakhir penghormatan sakramen maha kudus.

Sedangkan di Paroki St Stefanus Sempan, ribuan umat tampak berjubel merayakan peringatan malam perjamuan terakhir.

Pastor Gabriel dalam khotbahnya mengatakan perayaan Kamis Putih ini untuk mengenangkan perjamuan malam terakhir Tuhan Yesus Kristus bersama para rasul.

Dikatakan, dalam perjamuan malam terakhir, ada dua hal yang ditetapkan oleh Tuhan Yesus Kristus yang hendaknya dan memang harus terus dilakukan sebagai kenangan akan Dia.

Pertama adalah Sakramen Ekaristi. Perayaan Ekaristi sebagai kenangan akan peristiwa perjamuan Tuhan dimana Dia memecah-mecahkan dan memberikan tubuh-Nya kepada para rasul.

“Mengenangkan berarti menghadirkan jadi tidak sekedar kenang tapi menghadirkan dan memang dia sungguh hadir di tengah-tengah kita. Mengapa? karena substansi roti dan anggur berubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus,” kata Gabriel.

Dia mengatakan semua umat Katolik mengerti hal itu sejak disiapkan untuk mengikuti persiapan komuni pertama.
Dalam ekaristi, umat sungguh menerima Tubuh dan Darah Kristus

Setiap kali perayaan ekaristi, Kristus hadir di situ, dan umat menerima Tubuh dan Darah Kristus dalam rupa roti dan anggur. Maka perayaan Ekaristi menjadi tanda, sarana karya keselamatan Allah yang hadir dalam perjalanan gereja menuju kesempurnaannya.

“Yesus memberikan Tubuh dan Darah-Nya dalam rupa roti dan anggur demi keselamatan kita manusia. Maka kita yang turut ambil bagian dengan merayakan ekaristi, dengan menerima Tubuh dan Darah-Nya dalam Komuni Kudus, kita wajib untuk membagi-bagikan hidup kita demi kebaikan, demi kesejahteraan, demi keselamatan sesama,” ajaknya.

Gabriel menyebutkan aksi-aksi puasa, amal kasih yang dilakukan selama masa puasa merupakan bagian dari wujud membagi hidup, membagi diri demi kebaikan, demi kesejahteraan sesama. Jadi bukan hanya sekedar aksi sosial tapi merupakan ungkapan iman akan Yesus Kristus yang rela memberikan diri-Nya, memberikan hidup-Nya untuk keselamatan umat-Nya.

Kedua adalah perintah untuk saling melayani. Ini adala perintah maka harus dilakukan.
Sebagai Tuhan dan guru, Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya. Kaki adalah bagian tubuh manusia yang paling bawah, bersentuhan langsung dengan bumi dan kadang-kadang menyentuh kotoran.

Membasuh kaki adalah tindakan seorang hamba, ada kerendahan hati untuk menjadi pelayan.

Ada nilai cinta dan pengorbanan dalam peristiwa membasuh kaki yaitu dengan saling membersihkan, menyucikan dan menguduskan.

“Ini suatu perintah, suatu janji iman bagi bapak-bapak yang berperan sebagai Rasul pada malam yang suci ini dan juga bagi bapak-bapak semuanya untuk kembali ke rumah mengasihi melayani istri dan anak-anak. Tangan-tangan bapak-bapak yang kekar kuat kokoh itu itu bukan untuk melakukan kekerasan dalam rumah tangga, tapi untuk mengasihi dan melayani. Ini pesan untuk semua bapak-bapak,” pesan Gabriel.

Ia menyebutkan cinta kasih itu DNA seorang pengikut Yesus Kristus. Perintah Yesus hanya dua mengasih Allah dan mengasihi sesama yang harus dilakukan dengan segenap hati segenap kekuatan, artinya tidak setengah-setengah.

“Jadi dengan demikian itu sudah menjadi DNA kita satu identitas yang tidak bisa dipisahkan dari diri kita sebagai pengikut Kristus,” pesannya.

“Jika Kristus adalah Tuhan dan guru mau membasuh kaki umatnya, maka kita sebagai umat harus bisa membasuh kaki atau melayani sesama,” ajaknya.(moa/fan)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *