Timika – fajarpapua.com – Mewakili Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Kehutanan dan Pertanahan (DLHKP) Provinsi Papua Tengah, Max Homer selaku Koordinator Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Kesatuan Pengelola Hutan Lindung (KPHL) unit VI Mimika, membuka secara resmi acara Bimbingan Teknis Percepatan Rehabilitasi Mangrove yang diselenggarakan Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) Indonesia di Aula Keuskupan Bobaigo Timika, Selasa (16/7).
Acara Bimtek itu berlangsung sejak Selasa-Rabu (16-17/7) hingga puncak penutupan di Lokasi Rehabilitasi Mangrove Pantai Moroga, Distrik Mimka Timur.
Adapun peserta pengurus Kelompok Tani Mangrove (KTM) diantaranya Ketua, Bendahara dan Sektertaris KTM mencakup, KTM Mumuika, Kampung Apuri dan Atapo untuk Distrik Kokonao, KTM Kampung Tiwaka, untuk Distrik Mimika Tengah dan KTM Mboaripi Mane Kampung Mware untuk Distrik Mimika Timur.
Max Homer mengatakan, kegiatan percepatan rehabilitasi mangrove ini bertujuan agar para KTM yang telah terbentuk dan sudah bekerja dapat memahami arti tujuan BRGM dan kerja-kerja nyata di lapangan atau lokasi target rehabilitasi.
“Saya kira bapak bapak mereka yang lebih mengenal medan, jenis pohon mangrove atau mangi-mangi bahkan sudah biasa bermain di air pasang surut dan lumpur bakau. Oleh karena itu kelompoklah yang akan berperan penting dalam kesuksesan program Pemerintah ini,“ ujar Max.
Sehingga ia mewakili Kepala Dinas DLHKP Papua Tengah berharap agar tingkat Tapak atau kelompok tani itulah yang menjadi barometer utama kesuksesan program di lapangan.
Kendati demikian, Max mengakui faktor alam sperti cuaca juga merupakan penentu tingkat kesuksesan program.
“Faktor alam itu seperti musim hujan begini, air pasang surut, hantaman ombak dan lain sebagainya, itu juga merupakan paket komplit. Penentu tingkat keberhasilan pertumbuhan tanaman pada lokasi penanaman nanti,” pungkas Max.
Dia juga berharap agar setelah dilakukan bimtek, baik teori di dalam gedung sampai pada praktek di lapangan, peserta dapat memahami serta menyampaikan informasi yang sama kepada kelompoknya.
Terpisah, Kasub Pokja, Papua dan Papua Barat, BRGM, Parihutan Sagala saat menyampaikan arahan dan bimbingan teknis berpesan agar kelompok tani yang ada dalam bekerja, harus bekerja sesuai pedoman dan petunjuk teknis yang diberikan.
“Pemerintah sifatnya membantu warga masyarakat, terutama sekarang untuk kelompok tani mangrove. Masyarakat juga harus membantu pemerintah dengan ikut bertanggungjawab menjaga alam dan bertanggungjawab kepada pemerintah melalui penyerapan anggaran program nantinya,“ pesan Sagala.
Acara Bimtek tersebut ditutup secara resmi dengan penyerahan plang atau papan nama kelompok kerja KTM Mboaripi Mane di Pante Moroga, Distrik Mimika timur dan disaksikan oleh seluruh pengurus KTM yang tersebar pada tiga Distrik di Mimika.
Hadir sebagai narasumber atau instruktur pelatihan penanaman Mangrove, Willibrodus Ohoirat, ikut menyampaikan materi tentang pelatihan penyiapan benih mangrove dan pembibitan sampai pada cara penanaman.
“Masyarakat sudah sangat tahu dan kenal apa itu mangrove atau mangi-mangi. Akan tetapi terkait pembenihan, pemeliharaan sampai pada penanaman itu, diperlukan perlakukan khusus agar bibit benih maupun propagul dapat tumbuh dengan sehat,” kata Willibrodus.
Selanjutnya, pada praktek di lokasi Moroga, Willibrodus kemudian menjelaskan sekaligus memperlihatkan teori yang diperoleh dengan praktek.
“Cara memilih propagul untuk Mangrove Rhizopora, Sp atau Yapareke, dan bibit Avecennia sp atau teko-teko dalam sebutan bahasa Kamoro,“ terang Willy.
Sehinnga kata Willy, untuk kelompok tani yang baru dibentuk dalam membantu pemerintah serta menjaga dan melestarikan dusun tempat cari makan itu, perlu dikawal khusus di lapangan saat bekerja dalam percepatan rehabilitasi mangrove. Baik dalam penentuan lokasi secara real, pencairan dan pengumpulan propagul atau bibit, penanaman dan persemaian bibit teko-teko itu sendiri.
Begitupun, ajak Willy, warga masyarakat yang tahu secara pasti bagaimana cara yang dipakai agar tanaman ini dapat tumbuh kembang dengan baik. “Pasti ada perlakukan yang berbeda antar benih propagul dan bibit yang akan kita tanam di dalam lokasi kali dan yang terbuka di muara luar yang berhadapan langsung dengan pantai. Ini yang memang harus kita perhatikan dengan baik. Tidak boleh sampai salah kerja untuk konteks pelindung tanaman ini. Sebab kali salah pembuatan pelindung, maka sudah pasti tingkat resiko kegagalan akan sangat tinggi dibanding kesuksesan program.(edy).