Timika, fajarpapua.com – Terungkapnya peredaran uang palsu di Timika menimbulkan keresahan masyarakat terutama para pedagang kecil yang sering menjadi korban.
Terkait hal ini, Kepala Cabang Bank Mandiri Timika, Fachuridin Syah kepada fajarpapua.com, Selasa (30/7) mengingatkan warga menggunakan metode 3D (dilihat, diraba, diterawang) untuk melihat keaslian uang yang mereka terima.
Menurutnya metode ini merupakan metode paling sederhana dan mudah untuk mengetahui keaslian uang rupiah tentunya selain menggunakan sinar ultraviolet.
“Kalau di bank kita dapat melakukan sortir dengan menggunakan sinar ultraviolet untuk mendeteksi uang itu palsu atau tidak. Nah kalau untuk masyarakat terutama para pedagang metode 3D tadi merupakan metode yang baik dan efisien dilakukan,” jelasnya.
Penggunaan metode 3D lanjutnya perlu dipahami masyarakat karena tidak semua khususnya pedagang memiliki mesin sinar ultraviolet untuk mendeteksi keaslian uang.
Diakui Fachruddin terungkapnya peredaran uang palsu di Timika ini bukan kali pertama karena kejadian serupa pernah terjadi sebelumnya.
Dikatakan dengan semakin canggihnya mesin duplikator peredaran uang palsu tidak bisa di hindari sehingga masyarakat diminta agar lebih cermat.
“Saya pikir metode 3D sangat efisien dilakukan oleh masyarakat, agar menghindar peredaran uang palsu, karena bagaimanapun namanya kejahatan pasti pelakunya lebih pintar. Kita harus lebih jeli ya dengan cara dilihat, diraba, dan diterawang itu akan terlihat gambarnya perbedaan antara uang palsu dan asli,” ungkapnya
Dijelaskan ada beberapa perbedaan antara uang asli dan palsu yang bisa dilihat secara kasatmata dengan menggunakan metode 3D.
Untuk uang asli lanjutnya memiliki banyak unsur pengamanannya, dilihat warna yang terang dan mudah dikenali terdapat benang pengaman yang dianyam pada semua uang pecahan rupiah.
Kemudian dengan diraba gambar utama seperti lambang negara Garuda Pancasila, Angka Nominal, Tulisan Negara Kesatuan Republik Indonesianya dan Bank Indonesia akan terasa.
“Selain itu juga terdapat kode tuna netra atau blind code, yakni berupa pasangan garis di sisi kanan dan kiri uang, yang akan terasa kasar bila diraba, penentuan kode tersebut telah melalui konsultasi dengan Persatuan Tuna Netra Indonesia,” urainya.
Kemudian dengan diterawang terutama menggunakan alat bantu sinar ultraviolet maka unsur pengamanan uang rupiah dapat dilihat .
“Jadi kalau uang asli jika diraba akan terasa bagian kode, bayangan pahlawan, dan agak halus serta memiliki unsur yang tadi saya sebutkan, sehingga mudah dan uang palsu tidak memiliki beberapa unsur itu,” ujarnya.
“Ingat kita mungkin tidak bisa menghindari peredaran uang palsu, tapi kita dapat mencegah penyebarannya dengan cara 3D setiap kali melakukan transaksi,”tutupnya. (moa)