Timika, fajarpapua.com – Kapolres Mimika AKBP I Komang Budiartha mengatakan pihaknya sudah memonitor adanya pergerakan warga Dogiyai dan Deiyai yang turun ke Kampung Wakia sejak tiga Minggu sebelum penyerangan.
“Dua minggu yang lalu saya sudah perintahkan tambang itu tutup dan sudah sampaikan kepada Kepala Suku dan Kepala Kampung. Masyarakat Wakia sendiri sudah mengungsi sejak dua hari yang lalu ke pesisir, sedangkan yang masih ada diatas itu penambang-penambang yang masih kerja. Padahal sudah kami imbau untuk tinggalkan tempat itu sejak dua minggu lalu,”kata Kapolres di Kantor Pelayanan Polres Mimika, Kamis (29/8).
Kapolres mengungkapkan akibat peristiwa tersebut, seluruh aset milin Kepala Kampung Wakia dibakar oleh para pelaku penyerangan.
“Yang dibakar itu semua aset milik Kepala Kampung Wakia. Karena ada selisih paham antara masyarakat Suku Mee dan masyarakat di Kampung Wakia,” ungkapnya.
Menurut Kapolres pihaknya sudah melakukan pergeseran sebanyak 27 personil Polri ke Kampung Wakia yang dipimpin oleh Kapolsek Kokonao.
“Jadi kita sudah laporkan ke pimpinan dan kita sudah melakukan pergeseran pasukan baik Polres Mimika maupun Polsek Kokonao yang di backup oleh Detasemen B Brimob Polda Papua,” tuturnya.
Kapolres menambahkan, pihaknya bersama Bupati Mimika sudah menghadap Gubernur Papua Tengah untuk melaporkan hal tersebut terutama terkait dengan tapal batas.
“Kita sudah berkoordinasi dengan Gubernur dan akan melakukan pertemuan di Mimika. Terkait adanya tambang ilegal tersebut saya sudah berkoordinasi dengan Kapolres Dogiyai dan Kapolres Deiyai kemudian saya ambil keputusan untuk menutup tambang,” ujarnya.
Untuk situasi terakhir di Kampung Wakia, Kapolres mengungkapkan pihaknya belum bisa memastikan, karena komunikasi putus.
“Sementara tidak ada korban karena yang dibakar itu rumah Kepala Kampung yang kosong. Untuk situasi hingga saat ini belum diketahui karena komunikasi terputus,”ungkapnya.(ron)