BERITA UTAMAPAPUA

Perpecahan Kian Terlihat, Sebby Sambom Sebut Egianus Kogoya Otak Pembunuhan Pilot Glen Malcolm

cropped 895e2990 d422 4061 9705 e533253f1607.jpg
596
×

Perpecahan Kian Terlihat, Sebby Sambom Sebut Egianus Kogoya Otak Pembunuhan Pilot Glen Malcolm

Share this article
54de2821 d841 4624 8626 d9e07144316f
Sebby Sambom dan Sebut Egianus Kogoya

Timika, fajarpapua.com – Perpecahan ditubuh TPNPB OPM pasca pembebasan Pilot Susi Air, Philip Mark Mehrtens saat ini kian terlihat.

Usai menuding ada yang suap atas pembebasan pilot Philip Mark Mehrtens, Jubir TPNPB OPM, Sebby Sambom menyebut Egianus Kogoya sebagai otak dibelakang pembunuhan pilot helikopter PT Intan Angkasa Air Services, Glen Malcolm Conning di Distrik Alama Kabupaten Mimika pada Senin, 5 Agustus 2024 lalu.

“Egianus Kogoya adalah orang yang bertanggungjawab atas pembunuhan pilot helicopter Glen asal Selandia Baru. Dan tunggu investigation,” kata Jubir TPNPB OPM, Sebby Sambom dalam siaran persnya Selasa (8/10).

Sebby mengungkapkan pihaknya mencurigai kelompok dibawah pimpinan Egianus Kogoya adalah Proxy TNI dan Polisi Indonesia.

Tudingan ini lanjutnya tidak bisa dibantah karena lokasi kejadian berada di Distrik Alama yang merupakan wilayah kekuasaan Egianus Kogoya.

“Pembunuhan pilot helicopter asal Selandia Baru berada di wilayah Egianus Kogoya dan pasukannya. Hal itu (pelaku pembunuhan) semakin jelas sesuai pengakuan Egianus Kogoya saat diwawancarai Wartawan BBC News Indonesia yang ‘mengarah kesana’. Itu adalah bahasa hukum,” ungkapnya.

“Oleh karena itu kami sampaikan kepada semua pihak bahwa ada kelompok orang Asli Papua yang bunuh orang Asing, maka mereka adalah agen militer Dan Polisi Indonesia yang kami sebut Proxy TNI dan Polri,” imbuhnya.

Menurutnya Manajemen Markas Pusat TPNPB menyampaikan kepada semua pihak bahwa Warga Negara Asing bukanlah musuh melainkan mereka sahabat.

Karena musuh yang sesungguhnya ujar Sebby adalah pendudukan Ilegal Pemerintah Republik Indonesia diatas tanah Leluhur bangsa Papua, dan warga sipil orang immigran Indonesia yang menjadi agen militer dan polisi.

“Tetapi untuk warga sipil Indonesia yang mendukung perjuangan Papua Merdeka serta m tidak menjadi agen militer dan Polisi Indonesia adalah sahabat kami. Dan setelah Papua Merdeka mereka bisa kerja atau bisa menjadi Warga Negara West Papua,” tuturnya.

Ia menegaskan, pembunuhan pilot helikopter Glen asal Selandia Baru di Distrik Alama, yang bertanggungjawab secara komando adalah Panglima TPNPB Wilayah 3, Egianus Kogoya.

“Ingat bahwa jika terbukti, maka Egianus Kogeya dan Kelompoknya tidak jauh beda dengan Kelompok Teroris Lebanon yaitu Hezbollah, Kelompok Teroris Yaman yaitu Houthi dan Kelompok Teroris Gaza yaitu Hamas. Jadi dalam hal ini Manajemen Markas Pusat Komnas TPNPB akan tegas, karena perjuangan kami adalah perjuangan yang bermartabat dan menjunjung Tinggi Nilai Hukum Perang Humaniter International demi menghargai Hak Asasi Manusia,” tegasnya.

Sebby menekankan, Egianus Kogoya dan kelompoknya jangan main-main dengan perjuangan ini, karena diperjuangkan oleh 270 suku lebih di seluruh Papua.

“Kami curiga, Militer dan Polisi Indonesia menggunakan Proxynya TPNPB Kodap 3 Ndugama Darakma dibawah Pimpinan Egianus Kogoya telah membunuh Pilot helicopter Glen Asal Selandia Baru,” ujarnya.

Dan untuk menutupi kasus Kematian pilot helikopter Glen asal Selandia Baru, Egianus Kogoya dan kelompoknya kemudian menyerahkan Pilot Susi Air yang telah disandera selama satu tahun lebih kepada Militer dan Polisi Indonesia,” ujarnya.

Situasi ini lanjutnya telah diikuti pihaknya, karena setelah Egianus Kogoya menyerahkan pilot Philip Mark Mehrtens, investigasi kasus kematian pilot helicopter Glen tidak diteruskan.

Sebby kembali menegaskan, dalam aturan militer, Panglima yang melakukan kesalahan fatal harus dicopot dari jabatannya.

Hal ini ujarnya wajib didukung oleh semua pejuang, tetapi jika ada pejuang yang membenarkan tindakan Egianus Kogoya maka mereka bagian dari kelompok kriminal yang merupakan proxy TNI dan Polisi.

“Hukum militer negara merdeka dan hukum militer revolusi wajib hukumnya dimana Pimpinan Komando ikut bertanggungjawab jika Ada kesalahan fatal. Konsekwensinya, Pinpinan Militer Revolusi bersangkutan harus copot jabatannya, jika tidak maka semua pejuang yang mendukung tindakab jahat ini adalah kelompok kriminal, bukan Pejuang Kemerdekaan,” tegasnya.(red)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *