Timika, fajarpapua.com – Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penata Ruang (PUPR) Kabupaten Mimika Dominggus Robert Mayaut menjelaskan pada tahun 2024 ini Pemda Mimika menganggarkan dana Rp 63 miliar untuk kelanjutan proyek air bersih. Direncanakan tahun ini ada penambahan 7.000 sambungan, sehingga jika ditotalkan dengan tahun sebelumnya, air bersih sudah aliri 11.000 sambungan rumah di Kota Timika dan sekitarnya.
Dikonfirmasi fajarpapua.com, Sabtu (2710), Robert menjelaskan, saat sidang paripurna anggaran di DPRD Mimika beberapa waktu lalu, pihaknya ditanyai mengapa sistem penyediaan air bersih (SPAM) Kota Timika belum juga tuntas.
Ketika itu ia menjelaskan, berdasarkan engineering estimate atau desain perencanaan tahun 2012 untuk 50 ribu sambungan rumah dibutuhkan anggaran Rp 110 miliar lebih.
Kemudian ditahun 2014, perencanaan tersebut direview atau dicek kembali karena ada kenaikan harga, hasilnya untuk 50.000 sambungan rumah dibutuhkan anggaran sebesar Rp 374 miliar.
Lalu pada tahun 2022 dilakukan review lagi mengingat dari tahun 2014 sudah 8 tahun, yang mana pasti sudah ada perubahan harga, contoh seperti semen yang dulu harga Rp 60 ribu naik ke harga Rp 100 ribu.
“Sehingga ketika direview dari 2012-2022 dari anggaran yang digunakan sebanyak Rp 110 miliar naik menjadi Rp 374 miliar ditahun 2014, lalu naik lagi Rp 511 miliar ditahun 2022,” ujarnya.
Menurutnya, penambahan anggaran ini disebabkan anggaran yang digelontor setiap tahun sangat minim sehingga progress pekerjaan tidak signifikan.
“Jadi tinggal kita hitung, sampai tahun 2022 kita baru menggunakan anggaran sebesar Rp Rp 110 miliar, kemudian ditambah Rp 60 miliar ketika pak John Rettob menjabat sebagai bupati sehingga total uang sebanyak Rp 170miliar, lalu kemudian pak JR dilanjutkan pak Pj Bupati sekarang ada tambahan anggaran lagi sebesar Rp 63 miliar sehingga total dana yang sudah digelontor Rp 223 miliar. Masih ada sisa dana Rp 260 miliar untuk dianggarkan tahun 2025 kedepan,” ungkapnya.
Kata dia, dengan anggaran yang ada, pihaknya telah melakukan pengerjaan 4.000 sambungan, dilanjutkan 7.000 sambungan lagi, sehingga jika ditotalkan proyek air bersih sudah 11.000 sambungan.
“Di tahun 2024 sambungan distribusi mencapai 11.000 di beberapa titik salah satunya di belakang Hasjrat Abadi, Jalan Pendidikan, perumahan Pemda 1, dan untuk pipa utamanya dipasang di SP-SP. Kalau didapati ada yang rusak langsung diganti,” bebernya.
Menurut Robert, dengan tercapainya 11.000 sambungan rumah, yang diperlukan saat ini yakni penyiapan lembaga pengelola seperti kantor PDAM atau Perusda.
“Karena sejak air berjalan, semua komponen itu mulai bekerja, siapa yang catat meteran, siapa yang operasikan mesin, dan banyak lagi pekerjaan lain. Memang sekarang harus dibentuk kelembagaan. Untuk hal ini saya sudah menyurati pak PJ Bupati, karena bukan kewenangan kepala Dinas untuk merekrut pegawainya,” ujarnya.
Ia menambahkan, seperti halnya PLN, untuk pengelolaan air bersih dibutuhkan lembaga khusus. Sebab, alokasi anggaran cukup besar, seperti pembelian bahan bakar diesel Rp 2 miliar perbulan.
“Untuk memenuhi anggaran ini, harus ada sambungan rumah minimal itu 17.000 supaya air bersih bisa memodali dirinya sendiri, kalau tidak biaya subsidi sangat besar,” bebernya.
“Sebenarnya ini bagus kalau multiyears, karena itu proyek strategis, karena kalau kita lelangkan dengan sisa anggaran yang sangat besar juga waktu kerja sangat sempit membuat waktu kerja tidak efektif. Kita akan diuntungkan kalau menggunakan sistem multiyers, karena kalau pekerjaan bertahap waktu kita terbuang untuk mengurus kontrak,” ungkapnya.
Robert juga menjelaskan beberapa kendala dilapangan seperti kabel intec yang dicuri, pipa bocor dan lainnya.
“Makanya kami sedang berkoordinasi dengan PTFI supaya jalur pipa distribusi di Kuala Kencana itu dipagari jaraknya sekitar 1,6 kilometer,” ujarnya.
Robert menampik anggapan proyek air bersih jalan ditempat. “Waktu masa pak John Rettob dan pak Pj Bupati sekarang proyek air bersih benar-benar diseriusi,” katanya.(moa)