Jakarta, fajarpapua.com- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyampaikan dua situs pertambangan PT Freeport Indonesia yang tidak terdampak longsor Grasberg Block Cave (GBC), yakni Deep Mill Level Zone (DMLZ) dan Big Gossan, mulai beroperasi.
“Udah, udah (beroperasi), yang DMLZ sama Big Gossan,” ucap Direktur Jenderal Mineral dan Batu bara (Dirjen Minerba) Kementerian ESDM Tri Winarno ketika ditemui setelah rapat dengar pendapat bersama Komisi XII DPR RI di Jakarta, Kamis.
Meskipun sudah beroperasi, Tri Winarno menyampaikan kedua situs tambang tersebut belum berproduksi.
Nantinya, ketika kedua situs tambang tersebut kembali berproduksi, hasil pertambangan akan diserap sepenuhnya oleh smelter Freeport yang berlokasi di Gresik, Jawa Timur.
Berdasarkan catatan PT Freeport Indonesia, produksi bijih rata-rata perusahaan tersebut pada 2024 mencapai 208.356 ton per hari, yang terdiri atas tembaga, emas, dan perak. GBC merupakan salah satu situs tambang bawah tanah yang dikelola oleh Freeport.
Adapun situs pertambangan lainnya yang dikelola Freeport, yakni DMLZ dan Big Gossan.
Dikutip dari laporan resmi Freeport, produksi konsentrat GBC sekitar 133.800 ton per hari, DMLZ sekitar 64.900 ton per hari, dan Big Gossan sekitar 8.000 ton per hari. Dengan demikian produksi GBC sekitar 64 persen dari kapasitas keseluruhan Freeport Indonesia.
“Iya (diserap sepenuhnya oleh smelter Freeport). Kurang malah (konsentratnya), kurang,” kata Tri.
Sebelumnya, Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Tony Wenas menyampaikan bahwa smelter Freeport yang berlokasi di Gresik, Jawa Timur, tidak beroperasi karena tidak memperoleh pasokan konsentrat sejak longsornya tambang bawah tanah di Grasberg Block Cave (GBC).
Sejak longsor lumpur bijih basah terjadi di area tambang bawah tanah kawasan Grasberg Block Cave (GBC) Extraction 28-30 Panel, Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua Tengah, pada 8 September 2025, Freeport memberhentikan operasional tambangnya.
Pemberhentian operasional tersebut bertujuan untuk memfokuskan sumber daya dalam mengevakuasi tujuh orang pekerja yang terjebak di area tambang. Seluruh korban ditemukan secara bertahap, hingga pada 6 Oktober, Freeport menyatakan pencarian selesai.
“Mudah-mudahan kami bisa segera beroperasi walaupun tidak dalam kapasitas penuh, supaya bisa ada konsentrat yang kami produksi untuk dikirim ke smelter-smelter,” kata Tony.
Implikasi terhentinya operasional tambang Freeport selama lebih dari sebulan terhadap realisasi produksi perusahaan akan segera dikalkulasi.
Tony menyampaikan bahwa yang menjadi fokus bagi Freeport saat ini adalah restorasi tambang setelah tuntasnya evakuasi tujuh korban.(ant)
