BERITA UTAMAMIMIKA

Wilayah “Sejuta Gereja”, Bupati John Rettob Paparkan Prakek Hidup Bertoleransi di Kabupaten Mimika pada Forum KKT 2025

14
×

Wilayah “Sejuta Gereja”, Bupati John Rettob Paparkan Prakek Hidup Bertoleransi di Kabupaten Mimika pada Forum KKT 2025

Share this article
Bupati Mimika Johannes Rettob bersama para kepala daerah se-Indonesia saat forum KKT 2025 di Singkawang

Singkawang, fajarpapua.com – Bupati Mimika memaparkan praktik terbaik pembangunan toleransi dan kerukunan di daerahnya pada forum Konferensi Kota Toleran (KKT) 2025 yang digelar di Kota Singkawang, Minggu (16/11/2025).

Dalam forum nasional yang mempertemukan pemerintah daerah dari berbagai wilayah Indonesia ini, Bupati Mimika mengatakan, keberagaman adalah kekuatan utama Kabupaten Mimika.

Menurutnya, Mimika merupakan salah satu daerah paling heterogen di Indonesia. “Seluruh suku bangsa dari Aceh sampai Papua ada di Mimika, bahkan komunitas terkecil pun ada di sana. Ada sekitar 52 kerukunan yang dinaungi oleh pemerintah kabupaten,” ujarnya.

Keberagaman itu tampak pula dalam komposisi penganut agama. Ia merinci, Kristen 48,07 persen, Islam 28,09 persen, Katolik 22,76 persen, Hindu 0,08 persen, Buddha 0,05 persen, dan Konghucu 0,01 persen seluruhnya hidup berdampingan.

“Kalau di Singkawang berjuluk Seribu Kelenteng, Lombok Seribu Masjid, kalau kami di Mimika ‘Sejuta Gereja’. Mengapa demikian, karena gereja ada di mana-mana,” kelakar John disambut tawa para peserta forum.

Bupati Mimika menegaskan harmoni di daerahnya bukan hanya slogan, melainkan budaya bersama. Ia mencontohkan keterlibatan lintas agama dalam setiap kegiatan keagamaan.

“Perayaan Natal dan Paskah, semua agama terlibat. Pawai obor saat Paskah, semua lintas agama ikut konvoi. Begitu juga pawai takbir saat Ramadan, semua ikut bersama-sama,” jelasnya.

Solidaritas itu tercermin pula dalam kerja sama pengamanan rumah ibadah ketika hari-hari raya besar keagamaan. “Semua terlibat, dari agama manapun. Ini supaya semua masyarakat merasa kita itu satu, tidak boleh pisah-pisah,” katanya.

Pemerintah Kabupaten Mimika terus memperkuat ekosistem toleransi melalui dukungan nyata. Diantaranya penyaluran dana hampir Rp3 miliar kepada FKUB untuk memperkuat program kerukunan antarumat beragama.

Selain itu, tahun ini pemerintah memberikan insentif kepada sekitar 1.000 tokoh agama dari lima agama besar di Mimika. “Tahun depan kemungkinan akan meningkat, kami sementara melakukan pendataan,” ujarnya.

Di berbagai momen resmi, Mimika juga membudayakan doa lintas agama yang melibatkan seluruh perwakilan agama sebagai simbol persatuan.

Komitmen itu terangkum dalam tagline daerah “Mimika Rumah Kita”. “Dalam Mimika Rumah Kita, tidak boleh ada orang sakit, lapar, atau bodoh. Semua dari berbagai budaya, agama, bahasa yang ada, harus bersama-sama menjaga rumah besar ini,” kata Bupati.

Tagline tersebut merupakan implementasi dari motto daerah ‘Eme Neme Yauware’ yang berarti bersatu, bersaudara, membangun. Bupati John bahkan menciptakan lagu berjudul “Mimika Rumah Kita” yang menggambarkan indahnya keberagaman daerah itu.

Konferensi Kota Toleran (KKT) sendiri merupakan inisiatif SETARA Institute untuk mengamplifikasi pembangunan ekosistem toleransi sekaligus tindak lanjut riset Indeks Kota Toleran.

KKT berlangsung dua hari 15–16 November di Kota Singkawang, Provinsi Kalimantan Barat. Daerah berjuluk Kota Seribu Kelenteng itu memperoleh skor toleransi tertinggi selama bertahun-tahun hingga menjadi tuan rumah KKT.

Forum bertema “Menguatkan Inisiatif dan Kolaborasi, Membangun Ekosistem Toleransi” tersebut menghadirkan berbagai praktik baik dari pemerintah daerah guna mendorong lahirnya kebijakan inklusif dan progresif.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *