Dia berharap bukan hanya menggaet wisatawan domestik tapi juga mancanegara.
“Dengan harapan destinasi wisata hutan mangrove jadi pilihan warga Mimika dan warga dari luar yang datang ke Timika yang berkunjung ke tempat ini,” pungkasnya.
Saat ini, lanjut Daniel, pihaknya telah menarik retribusi masuk pusat wisata hutan mangrove, dimana Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata bekerjasama dengan Badan Pendapatan Daerah (Bapeda) memberlakukan retribusi bagi setiap warga yang berkunjung.
Anak-anak per-orang Rp 5.000 dan orang dewasa Rp10.000. Sedangkan tempat parkir sepeda motor dan mobil pribadi Rp 2.000, mobil besar Rp 5.000.
“Kami tempatkan petugas untuk menagih retibusi dibawah. Kami harapkan pendapatan dari destinasi wisata hutan mangrove dapat bertumbuh dari hari kehari. Hari Senin-Rabu target tidak besar, Kamis-Sabtu dia naik sedikit dan hari minggu dan hari libur diharapkan bisa dapat Rp 2 juta. Memang warga Mimika sudah tahu tempat ini, tapi pilihan cukup banyak ada yang suka ke pantai, ada suka mandi-mandi di Mayon dan beberapa tempat lainnya. Kita harapkan setelah fasilitasnya lengkap tempat ini dapat menarik lebih banyak warga Mimika dan warga dari luar untuk berkunjung dan berlibur bersama keluarga,” bebernya.
Keistimewaan lain, tempat tersebut pada siang dan sore hari dikunjungi banyak jenis burung, salah satunya cenderawasih.
“Para siswa dan mahasiswa yang ingin belajar tentang hutan mangrove dan burung-burung silahkan ke tempat ini. Kami akan memasang sangkar besar untuk burung-burung datang berteduh dan menempati hutan mangrove ini,” tuturnya.
Lebih jauh dikatakan, kedepan juga ada sungai di sekitar kawasan ini akan dikeruk, sehingga warga yang ingin melihat hutan mangrove dan berbagai jenis burung dari sungai pemkab akan siapkan perahu.
“Pemkab sangat serius urus wisata ini. Kita buka untuk umum silahkan warga yang mau rekreasi dapat menggunakannya,” jelas Daniel.(tim)