Riza mengemukakan, alasan pemilihan Gresik sebagai tempat pembangunan smelter lantaran di wilayah tersebut sudah terdapat pabrik pupuk Petro Kimia dan Pabrik Semen. Dua komponen itu sangat penting untuk mengelola limbah smelter yakni asam sulfat.
“Kita bangun di Gresik karena produk akhir dari smelter yaitu limbah asam sulfat dan katoda tembaga diperlukan untuk pabrik pupuk Petro Kimia dan semen,” ujarnya.
Dijelaskan, hingga kini wilayah Mimika dan Papua tidak mempunyai dua komponen tersebut. Akibatnya, limbah smelter malah bisa membahayakan masyarakat.
“Nah untuk membangun pabrik yang memanfaatkan limbah smelter juga butuh listrik yang sangat besar, Papua belum mampu. Supaya limbah kita manage sekecil mungkin makanya kita bangun kedua di Gresik. Pabrik smelter yang mahal memanage limbah. Kosnya mahal sekali. Karena harus menguraikan katoda dan anoda yang membutuhkan listrik yang sangat besar,” jelasnya.
Sedangkan terkait rencana pembangunan smelter di Halmahera, menurut Riza, salah satu perusahaan asal Cina mempunyai pabrik nikel di wilayah itu.
“Pabrik nikel membutuhkan asam sulfat yang besar. Sehingga mereka tawarkan bangun smelter kita di sana supaya limbahnya bisa mereka dapat. Kita tidak keluarkan uang banyak karena mereka yang bangun,” paparnya.(boy)