Timika, fajarpapua.com – Sekda Nduga, Naomi Christhien Komba menghembuskan nafas terakhir di RSUD Mimika tepat pukul 19.40 WIT, Jumat (16/7) malam.
Sontak kepergian wanita yang dikenal pintar itu meninggalkan duka mendalam bagi warga Kabupaten Nduga serta keluarga besar di Papua.
Setelah kabar kepergian almarhum menyebar luas, ucapan duka bermunculan. Netizen kembali menscrinshoot postingan terakhir almarhum.
Seperti yang disaksikan fajarpapua.com, terakhir almarhum memposting status 17 jam sebelum meninggal dunia.
“Barang yang sa tra suka akhirnya menghampiri juga…covid 19” sambil menyertakan emoji menangis.
Postingan yang disebarluaskan akun Marinus Yaung itu mendapat rentetan ucapan duka dari netizen.
Direktur RSUD Timika, dokter Antonius Pasullu membenarkan Sekwan Nduga Naomi Komba SE meninggal dunia di Timika, Jumat (16/7) malam.
“Iya benar, meninggal di RSUD,” ungkap dokter Anton ketika dikonfirmasi Sabtu (17/7).
Namun ketika ditanya apakah jenazah almarhum dimakamkan di Timika atau diantar ke Nduga, dokter Anton belum memastikan.
Sementara itu, Kepala Inspektorat Nduga masih menjalani karantina di Timika setelah dilaporkan terserang wabah virus tersebut.
Anggota Lembaga Pemantau Trias Politika Kabupaten Nduga, Edoardus Narwadan kepada fajarpapua.com, Jumat 16/7) malam menuntut Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Provinsi Papua harus bertanggungjawab atas kematian Sekwan Naomi.
Dijelaskan, almarhum baru dilantik sebagai Sekwan Kabupaten Nduga pada 12 Juni 2021 lalu.
Namun pekan lalu Naomi mendapat surat dari BPK Papua agar ke Timika menjalani pemeriksaan.
“BPK tahu kalau Timika zona merah kenapa pejabat dipanggil ke sana?” tandasnya.
Ia menyatakan, BPK ke Nduga hanya dua hari lalu kembali ke Timika.
“Ibu Naomi dari sini sehat tapi pas ke Timika kena covid dan meninggal dunia. Kami harap BPK bertanggungjawab dengan kematian ibu Sekwan. Kenapa BPK tidak lakukan pemeriksaan di Nduga, ada apa sehingga pemeriksaannya harus di Timika,” tekannya.(red)