BERITA UTAMAPAPUA

Kisah Inspiratif Pemimpin Umat, Pendeta di Nabire Rela Jadi Buruh Angkut Pelabuhan Demi Bangun Pastori Layak

cropped 895e2990 d422 4061 9705 e533253f1607.jpg
55
×

Kisah Inspiratif Pemimpin Umat, Pendeta di Nabire Rela Jadi Buruh Angkut Pelabuhan Demi Bangun Pastori Layak

Share this article
Pdt Polimus
Pdt Polimus

Penulis: Mustofa
(Redaktur fajarpapua.com)

(Disadur dan ditambah dengan tulisan Yayasan Siloam Papua)

ads

DALAM dua pekan terakhir ini, dunia maya khususnya platform media sosial Facebook di Papua diramaikan dengan cerita inspiratif dari sosok pemimpin umat di Kampung Waroki, Distrik Nabire Barat, Nabire.

Ya… Sosok inspiratif itu adalah Pendeta Polimus, seorang Gembala Tuhan atau seorang Pendeta yang bertugas di Gereja Bethel Indonesia Jemaat Syalom Waroki Nabire.

Dari penelusuran fajarpapua.com juga didapati fakta, Pendeta Polimus, sejak Tahun 2018 lalu telah menjadi Gembala Tuhan di GBI Jemaat Syalom Waroki Nabire.

Ia memimpin sekitar 25 kepala keluarga atau sekitar 45 jiwa di wilayah pengabdiannya untuk terus memuliakan Tuhan Yesus Kristus.

Meskipun berstatus sebagai pemimpin umat di wilayahnya, Pendeta Polimus dikenal sebagai sosok bersahaja dan selalu mengutamakan pelayanan umat ditempatnya mengabdi.

Bahkan dari penelusuran fajarpapua.com di akun Yayasan Siloam Papua, Pendeta Polimus yang saat ini tinggal di Pastori yang ada disekitar GBI Jemaat Syalom Waroki rela menjadi buruh angkut di Pelabuhan Samabusa Nabire.

Pekerjaan berat sebagai buruh angkut atau porter itu terpaksa dilakukan oleh Pendeta Polimus diusianya yang mulai senja karena keinginannya memiliki Pastori yang lebih layak.

Disalahsatu unggahan, Yayasan Siloam Papua menunjukan foto diri Pendeta Polimus saat bekerja menjadi buruh angkut pelabuhan.

Foto itu menunjukkan dengan wajah meringis menahan berat, Pendeta Polimus berjuang sekuat tenaga untuk mengangkat barang yang ditaruhnya di pundak kiri sementara tangan kanannya membawa tas milik penumpang kapal.

Lelaki berperawakan gempal ini tidak pernah malu apalagi mengeluh terhadap profesi maupun keadaan yang mengharuskan dirinya bekerja ekstra sebagai porter pelabuhan.

Bahkan dirinya yakin, apa yang ia lakukan dan kerjakan saat ini merupakan sebuah proses dari sebuah rencana yang indah dari Tuhan untuk dirinya.

“Saya yakin Tuhan Yesus Kristus punya rencana yang indah, dan akan terus menemani perjuangan saya melalui pencobaan ini. Karena Ia adalah sumber kekuatan saya. Seperti yang tertulis dalam Filipi 4:13 “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” ucap Pendeta Polimus yang disadur fajarpapua.com dari akun Yayasan Siloam Papua.

Jarak sejauh kurang lebih 40 kilometer ditempuh Pendeta Polimus, demi terus melayani Tuhan Yesus dan umat yang ada di Kampung Waroki.

Walaupun tubuhnya mungkin lelah setelah seharian bekerja sebagai buruh angkut, tapi demi memuliakan nama Tuhan dirinya rela lakukan apapun.

Luar biasanya, upah dari pekerjaannya sebagai buruh angkut pelabuhan selalu disisihkan untuk membangun pastori. 

Padahal disatu sisi Pendeta Polimus juga masih harus hidupi istri dan 4 orang anaknya dengan upah sebulan hanya Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta di masa pandemi.

Langkah ini harus dilakukan Pendeta Polimus, karena bangunan pastori yang ada saat ini pembangunannya masih belum selesai.

Bahkan bangunan yang difungsikan untuk pelayanan Tuhan itu kini hanya beralaskan tanah dan sangat tidak layak huni.

Pendeta Polimus tidak dapat berharap banyak dari Jemaat di gerejanya untuk membantu membiayai penyelesaian pembangunan Pastori.

Hal ini karena sebagian besar jemaat disana juga dalam kondisi kekurangan mengingat mereka hanya bekerja sebagai petani sehingga tidak memiliki cukup uang untuk lakukan persembahan dan bangun pastori.

Melihat kondisi dan perjuangan Pendeta Polimus ini, Yayasan Siloam Papua kemudian menyebarkan kisah inspiratif ini di laman media sosial miliknya.

Selain itu mereka juga mengajak, seluruh komponen masyarakat membantu mewujudkan mimpi sang pemimpin umat tersebut untuk memiliki Pastori yang lebih layak.

Ajakan tersebut ternyata mendapat respon yang luar biasa dari masyarakat Indonesia, karena sejak diluncurkan pada akhir 2021 lalu, telah terkumpul dana sebesar Rp 272.145.889 dari Rp 368.784.000 dana

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *