BERITA UTAMAMIMIKA

Berjalan Tertatih-tatih Berjualan Gagang Kapak dan Sekop, Piter – Gambaran Suramnya Kehidupan Warga Asli Mimika

cropped 895e2990 d422 4061 9705 e533253f1607.jpg
8
×

Berjalan Tertatih-tatih Berjualan Gagang Kapak dan Sekop, Piter – Gambaran Suramnya Kehidupan Warga Asli Mimika

Share this article
Piter sedang menjajakan kerajinan tangannya.
Piter sedang menjajakan kerajinan tangannya.

Timika, fajarpapua.com – Dia adalah Piter T (45), pria asli Mimika yang kini berdomisili di Jalan Perintis Kelurahan Timika Indah Distrik Mimika Baru, Papua. Barangkali sosok Piter sudah sering dilihat warga Timika saat berpapasan ketika hendak bepergian dengan kendaraan.

Piter berjalan kaki keliling kota Timika, menggunakan tongkat sebagai alat bantu untuk memasarkan produk (gagang kapak dan gagang sekop) sebagai hasil usaha kerajinan tangannya sendiri kepada warga yang membutuhkan.

Klik Gambar Untuk Informasi Selanjutnya
Klik Gambar Untuk Informasi Selanjutnya

Yah keterbatasan yang dialami Piter justru menjadi pemicu dirinya bekerja keras memenuhi kebutuhan sehari-hari. “Jangan pernah menyerah dan terus berusaha sesuai apa yang kita bisa,”.

Hal yang sudah diperlihatkan oleh Piter adalah laki-laki Papua harus berani mengambil resiko, berjuang dan bekerja keras ditengah -tengah modernisasi, laju perkembangan zaman serta kerasnya kehidupan diatas tanah super kaya, Mimika.

Siang itu, mentari bersinar cukup terik membakar kulit warga Kota Timika. Tepat di depan Toko Sharon Mart di Jalan Budi Utomo, tampak Piter menggunakan satu tongkat berjalan tertatih-tatih.

Keseharian Piter bukan jalan – jalan biasa, bukan meminta apapun dari warga yang ditemui. Sejak pagi pukul 09.00 sampai pukul 17.00 WIT, dia hilir mudik menjual gagang kapak dan gagang sekop.

Piter cacat akibat terjatuh dari sepeda motor ojek yang ditumpanginya.

Kurang lebih tiga bulan lalu, kondisi kesehatan Piter terpuruk dalam perawatan organ keseluruhan telapak kaki sebelah kanan. Dengan kondisi yang dialaminya selama tiga bulan di rumah, Piter mencari jalan keluar untuk bangkit berjuang, berusaha menafkahi dirinya dan keluarga.

Sehingga ditengah desakan ekonomi, timbul insiatif Piter untuk membuat olahan kayu menjadi gagang kapak dan gagang sekop. Akhirnya, walaupun kondisi luka belum sembuh total, Piter sudah bekerja walaupun bermodalkan tongkat untuk membantua dia berjalan memasarkan produk kerajinannya.

Piter bercerita, untuk membuat kerajinan itu, dia harus mencari sepotong kayu berukuran 5X5 cm untuk gagang sekop dan 5X10 cm untuk gagang kapak. Piter mendapat potongan kayu buangan pengusaha meubel sekitaran Kota Timika.

Untuk proses pengerjaan, Piter menggunakan alat seadanya seperti parang, pisau dan pecah beling dalam memoles hasil kerajinan menjadi halus.

Dalam sehari, Piter dapat menghasilkan dua buah gagang kapak atau pacul. Yang mana, Piter mematok harga sebesar Rp. 150.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah) kepada pembeli.

Namun, meskipun sudah hilir mudik di Kota Timika, dagangannya belum juga terjual. “Belum ada yang laku,” katanya.

Padahal dia harus memikul gagang enam gagang kapak dan sekop dengan kondisi kaki terbalut ferban dan tampak begkak.

Beberapa warung makan pun tak segan-segan mengajak Piter untuk mampir makan di tempat usaha mereka secara gratis.

Kisah Piter sudah seharusnya menjadi catatan penting Pemerintah Daerah Kabupaten Mimika terutama Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait. Banyak warga asli yang hidup dalam kekurangan dan himpitan ekonomi.

Padahal kekayaan alam daerah ini semestinya dinikmati oleh mereka, bukan oleh sekelompok orang yang mengeruk kekayaan alam dari Mimika lalu menghambur-hamburkan di daerah mereka. Semua warga Mimika pasti tahu siapa kelompok ini.(edy)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *