BERITA UTAMAPAPUA

Campak Merebak di Papua Tengah, IDAI Catat 15 Anak Meregang Nyawa

cropped 895e2990 d422 4061 9705 e533253f1607.jpg
4
×

Campak Merebak di Papua Tengah, IDAI Catat 15 Anak Meregang Nyawa

Share this article
IMG 20230311 WA0046
Dokter spesialis anak klinis, Anggraini Alam

Jakarta, fajarpapua.com– Peningkatan kasus campak di tujuh wilayah di Provinsi Papua Tengah dinilai sudah sangat mengkhawatirkan.

Ketujuh kabupaten yang mengalami kenaikan kasus campak adalah Nabire, Paniai, Mimika, Puncak, Dogiyai, Intan Jaya dan Deiyai.

ads

Data yang dihimpun Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pada Sabtu, 11 Maret 2023 menyebutkan dari 83 anak yang terkena campak, 15 di antaranya, meninggal dunia.

Dokter spesialis anak klinis, Anggraini Alam dari Unit Kerja Koordinasi Infeksi dan Penyakit Tropik IDAI membeberkan, campak dapat menyebabkan infeksi.

Hal ini dapat memperparah kondisi anak, bahkan bisa mengakibatkan kematian pada penderitanya.

“Yang paling jelek campak, bukan hanya pada saat sakit dia bisa menyebabkan infeksi telinga. Kemudian kalau gizi buruk vitamin A-nya kurang, maka lapisan matanya akan keruh, buta,” ungkapnya saat Media Briefing bertajuk, Mengapa Difteri dan Campak Harus Diwaspadai.

“Kemudian diare akibat dehidrasi berat, jadilah kematian. Kematian terbanyak ini karena campak menimbulkan terjadinya infeksi pada paru dan ini meninggal karena pneumonia akibat campak. Inilah yang menyebabkan anak meninggal,” tuturnya.

Infeksi campak seperti di Papua Tengah yang merenggut nyawa belasan pula makin berat terhadap anak dengan kondisi gizi buruk.

“Anak bisa mengalami kejang. Apalagi apabila anaknya gizi buruk. Dikatakan kejang di sini memang kurang 1 persen, tetapi apa istilahnya kejangnya itu tidak tampak, tetapi sebenarnya yang lebih buruk lagi pas kena otaknya lebih cepat meninggal,” sambung Anggraini.

Anggraini Alam menuturkan, campak termasuk penyakit yang paling menular. Tanda-tanda menular bisa saja selang empat hari sebelum muncul merah-merah di kulit sampai memudar merah-merahnya di kulit.

“Penularannya sangat panjang karena bisa melalui kita bicara, bersin, batuk ditularkan kepada yang rentan tidak ada daya tahan tubuh terhadap campak,” tuturnya.

Lebih lanjut, Anggraini mengatakan, kematian 15 anak karena campak di Papua Tengah ibarat fenomena gunung es.

“Yang meninggal itu yang terlaporkan sekian, nah sangat mungkin lebih banyak lagi, apalagi kondisi di Papua ini jauh-jauh di hutan, sulit transportasinya. Bahkan untuk menanganinya Papua Tengah ini butuh bantuan logistik transportasi udara alias pesawat,” katanya. (red)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *