Timika, fajarpapua.com– Sebanyak 83 anak di Distrik Mapia, Kabupaten Dogiyai, Papua Tengah dilaporkan menderita campak dan 13 diantaranya meninggal dunia.
Dari data Paroki Kristus Penebus Timeepa, angka tersebut diperkirakan akan terus bertambah mengingat ada sejumlah wilayah di daerah itu belum didata
Pastor Paroki Kristus Penebus Timeepa, Yeskiel Belau seperti dilansir BBC Indonesia pada Sabtu (4/3) memperkirakan jumlah itu bisa jadi bertambah karena ada wilayah lain yang belum dicek.
Disebutkan data resmi pusat paroki mencatat 49 kasus campak terjadi di Timeepa, 15 kasus di Stasi Degadai, 10 kasus di Stasi Ponaige, dan sembilan kasus di Kuasi Paroki Deneiode.
Sementara itu, untuk data anak yang meninggal dunia karena campak di Timeepa sebanyak empat anak, lima anak di Stasi Degadai, dua anak di Stasi Ponaige, dan dua anak di Deneiode.
“Kematian empat anak di Timeepa itu terjadi dalam satu hari saja, yaitu Kamis padi (2 Maret 2023-red),” kata Pastor Yeskiel.
Dijelaskan, akibat serangan penyakit campak itu kondisi tubuh anak-anak yang terserang sangat memprihatinkan, sebagian besar badan kurus.
Sementara Dinas Kesehatan Kabupaten Dogiyai mengaku belum menerima data tersebut dan hingga Jumat (3/3) hanya mencatat ada 16 orang yang mengalami campak di wilayah tersebut.
Sedangksn Kementerian Kesehatan (Kemenkes), melalui Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan “belum ada laporan” terkait kasus tersebut.
Per Januari lalu, Kemenkes melaporkan 12 provinsi mengeluarkan penyataan kejadian luar biasa (KLB) campak. Salah satu di antaranya adalah Kabupaten Mimika, Papua Tengah. (mas)
