Timika, fajarpapua.com – Kurang lebih hampir dua bulan ini warga Timika dimanjakan wisata malam yang terletak di pelataran depan Pasar Sentral Timika.
Ya… ide atau gagasan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Mimika yang mengubah lahan kosong tersebut menjadi Kawasan Sentral Kuliner Timika yang awalnya mendapat kritik dari sejumlah pihak kini mulai diterima warga.
Meski diakui masih banyak kekurangan dan terus dalam perbaikan, namun saat ini banyak warga dan keluarga menjadikan lokasi ini menjadi wisata malam terutama saat weekend.
Semakin baik dan tertatanya lokasi wisata kuliner membuat banyak warga memiliki ekspektasi, Sentra Kuliner Timika dikelola layaknya Pusat Kuliner Pasir Kaliki atau lebih dikenal dengan Paskal Bandung atau lokasi serupa di Pulau Jawa.
Harapan itu salah satunya disampaikan Jeck Lemba kepada www.fajarpapua.com pada awal pekan ini.
Jeck yang juga sering mempemerhatikan masalah-masalah sosial ini menyambut baik program Disperindag Mimika dan menilai bahwa ide ini akan menjadikan lokasi tersebut seperti Paskal Bandung.
“Akhirnya studi banding yang selama ini dilakukan oleh pejabat keluar Papua terealisasi. Mungkin saja ide ini berawal Pasir Kaliki Bandung,” ujarnya.
Jeck menyatakan, meski belum maksimal namun konsep Sentral Kuliner Timika mirip dengan Paskal Bandung. “Di situ ada stand-stand kuliner yang ditata sedemikian rupa berbentuk semi lingkaran dan luas wilayah kurang lebih 5 hektare,” ujarnya.
Dijelaskan, kemiripan maupun kesamaan antara Paskal dan Sentra Kuliner Timika semakin nampak karena semua jajanan kuliner dari Sabang sampai Merauke ada dan tersedia di tempat itu.
Sehingga dirinya yakin ini menjadi cikal bakal dari berkembangnya wisata kuliner Kota Timika.
Namun demikian pihak pengelola harus memperhatikan beberapa hal dasar agar lokasi ini semakin dikenal.
“Menurut pendapat saya ada baiknya berbagai faktor pendukung harus dipenuhi. Diantaranya stand jualan kalau bisa disediakan oleh pengelola agar terarah dan tertata dengan baik supaya tidak kelihatan kumuh. Penggunaan gerobak milik pedagang tidak diperlukan agar tidak terkesan semerawut,” jelasnya.