BERITA UTAMAPAPUA

Terungkap ! Ternyata Hanya 21 Persen Bayi di Kabupaten Jayapura yang Diberi ASI Eksklusif, Ini Akibatnya

cropped 895e2990 d422 4061 9705 e533253f1607.jpg
9
×

Terungkap ! Ternyata Hanya 21 Persen Bayi di Kabupaten Jayapura yang Diberi ASI Eksklusif, Ini Akibatnya

Share this article
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jayapura, Khairul Lie
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jayapura, Khairul Lie

Jayapura, fajarpapua.com – Dinas Kesehatan Kabupaten Jayapura menyatakan pemberian ASI eksklusif pada bayi yang baru lahir di kabupaten setempat hanya 21 persen.

Padahal diketahui pemberian ASI bisa memberikan banyak manfaat bagi ibu dan anak. Berdasarkan persentase pemberian ASI eksklusif bayi 0-6 bulan sebesar 21 persen pada 2021. Angka ini menunjukkan penurunan ibu-ibu yang memberikan ASI eksklusif pada anak bayinya selama enam bulan.

ads

“Dari data yang kami terima tahun 2021, ada sekitar 79 persen bayi tidak diberi ASI eksklusif di Kabupaten Jayapura. Bayi tersebut sudah dimulai dengan makanan pendamping yang tidak boleh diberikan pada usia pertama. Ini sangat memprihatinkan, bayi yang menyusu eksklusif sampai 6 bulan hingga menyebabkan kurang gizi,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jayapura, Khairul Lie kepada fajarpapua.com usai mengikuti peringatan hari gizi Nasional, Rabu (26/1/2022).

Ia menuturkan rendahnya pemberian ASI merupakan ancaman bagi tubuh kembang anak yang akan berpengaruh pada pertumbuhan dari perkembangan kualitas anak secara umum.

“Jika bayi tidak diberikan ASI eksklusif akan berdampak pada status gizi anak yang tidak banyak dimengerti ibu-ibu menyusui dan ada juga dipengaruhi budaya dengan memberikan makan karena cengeng atau lapar,” tukasnya.

Padahal, menurut Khairul Lie, anak usia 0-6 bulan itu seharusnya tidak boleh diberikan makanan lain selain ASI yang bisa menyebabkan persoalan gizi atau mengalami gangguan pencernaan.

“Jadi kalau tidak diberikan ASI eksklusif pada bayi 6 bulan bisa menyebabkan persoalan gizi dan terjadi stunting. Kalau anak diberi makanan, ususnya belum siap yang dapat menyebabkan diare dan menimbulkan penyakit lain,” kata Khairul Lie.

Menurutnya, pemberian makanan pendamping pada bayi tepat setelah mendapatkan ASI eksklusif atau 6 bulan keatas bisa dilakukan secara teratur sehingga bisa mengurangi kekurangan gizi. “Pemberian ASI juga diketahui bisa mencegah kematian bayi. Bahkan, bayi tersebut tidak tumbuh dengan baik,” tegasnya.

Karena itu Khairul Lie menambahkan ASI eksklusif bukan main-main dan betul-betul bisa mengurangi kekurangan gizi dan kematian bayi secara bermakna.

Persoalan ini menjadi tanggung jawab bersama pemerintah dan ibu-ibu menyusui apalagi saat ini di kampung telah banyak dana dari pemerintah untuk mendukung program-program di masyarakat agar tidak ada anak kurang gizi.

“Persoalan gizi ini tidak hanya terdapat pada ASI saja, tetapi juga masalah kebersihan, kesehatan dan ketersediaan makanan. Saat ini, kita sudah bisa deteksi masalah gizi yaitu ketika ibu itu sedang hamil. Ketika dilakukan deteksi pada ibu hamil kurang energi kronis, itu sudah diketahui ada masalah dan anak yang akan lahir berat badannya tidak normal,” ungkapnya.(asi)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *