Timika, fajarpapua.com – Tokoh perempuan tiga kampung Tsinga Waabanti dan Aroanop (Tsingwarop) Albertha Beanal mengecam pengurus Yayasan Watsing, karena memberikan bantuan untuk Musyawarah adat (Musdat) dan Dana Pendidikan kepada Lembaga Masyarakat Adat suku Amungme (Lemasa) dengan menggunakan uang masyarakat.
Albertha mengatakan apa yang dilakukan tersebut sarat sandiwara, karena Watsing milik sekelompok tokoh yang menikmati dana hibah dari Freeport.
“Tanpa diberikan kepada masyarakat yang berdampak langsung, beda hal dengan saudara kami dari Suku kamoro yang dikenal 5 desa itu, dananya disalurkan langsung ke masyarakat berdampak, kami merasa sakit hati selama bertahun-tahun,” kata Albertha, Sabtu (17/12).
Ia menyebut pengurus Watsing seharusnya malu hati dengan warga tiga kampung yang terdampak operasi tambang.
“Kalian harus malu dengan warga Tsingwarop. Sekarang kenapa keluarkan uang 200 juta rupiah untuk Musdat Lemasa, bukannya mereka sudah mendapat dana bantuan,” ungkapnya.
“Terus terkait biaya pendidikan, yang menerima itu anak mereka sendiri, ini yang membuat kami merasa lucu,” imbuhnya.
Albertha menambahkan para pengurus Watsing harus terbuka kepada masyarakat Tsingwarop, yang merupakan masyarakat berdampak langsung.
“Kami yakin uang tersebut dinikmati sendiri, karena selama ini masyarakat Tsingwarop yang berhak atas dana tersebut tidak pernah menikmati,” ujarnya.(ron)