BERITA UTAMAPAPUA

Pertamina Patra Niaga Regional Papua Maluku Ajak Masyarakat Menggunakan Bright Gas

cropped 895e2990 d422 4061 9705 e533253f1607.jpg
122
×

Pertamina Patra Niaga Regional Papua Maluku Ajak Masyarakat Menggunakan Bright Gas

Share this article
IMG 20231101 WA0054
pengantaran tabung gas ke rumah konsumen

Jayapura, fajarpapua.com– Dalam pemerataan energi, Pertamina Patra Niaga Regional Papua Maluku mulai menjalankan program konversi dari minyak tanah ke gas.

Edi Mangun selaku Area Manager Comm, Rel & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Papua Maluku mengajak masyarakat yang berada di wilayah Indonesia Timur agar segera beralih menggunakan Liquified Petroleum Gas (LPG) Bright Gas.

ads

“Program ini sebenarnya sudah dicanangkan dari lama, dan kita juga sudah sering melakukan sosialisasi terkait penggunaan LPG yang aman, baik dan benar. Hari ini kita lakukan sosialisasi penggunaan LPG yang aman dan sekalian ada penyerahan tabung Bright Gas 5,5 kg dan kompor gas yang ditukarkan dengan kompor minyak tanah kepada masyarakat yang membeli Bright Gas di event Garuda Travel Fair kemarin,” kata Edi, Selasa (1/11/2023).

Dari pelaksanaan sosialisasi dan penjualan Bright Gas yang dilakukan, terlihat antuasiasme masyarakat cukup tinggi dan tertarik menggunakan Bright Gas 5,5 kg & 12 kg.

“Kemarin dari data yang kita cek ada sekitar 40 transaksi untuk pembelian tabung Bright Gas dan penukaran kompor mitan ke kompor gas, dan ini kami lihat sekarang masyarakat begitu antusias dengan adanya promo beli tabung Bright Gas dapat kompor gas,” lanjut Edi.

Edi menjelaskan, seperti diketahui minyak tanah merupakan beban subsidi Pemerintah, selain itu karena ada konversi minyak tanah ke LPG, minyak tanah dapat digunakan untuk BBM Avtur (Aviation Turbine) atau satu jenis bahan bakar penerbangan yang dirancang untuk digunakan pada pesawat terbang yang bermesin turbin gas.

“Selama ini kan minyak tanah digunakan untuk masak air, bisa juga buat bakar sampah, dan ini bisa diolah menjadi bahan bakar penerbangan. Mari bersama kita bantu negara dengan meninggalkan minyak tanah dan beralih menggunakan LPG,” tandasnya.

Edi mengakui, Pertamina membangun SPBE untuk mengejar ketertinggalan pemerataan energi nasional dan terus berupaya melaksanakan sosialisasi agar masyarakat wilayah Papua Maluku dapat beralih dari minyak tanah ke LPG.

“Kita terus lakukan sosialisasi ke masyarakat disini untuk menggunakan LPG, karena secara nasional konversi dari minyak tanah ke gas sudah dilakukan sejak lama, kita mencoba untuk mengejar ketertinggalan ini dimulai dari pembangunan SPBE di wilayah Papua Maluku agar pemerataan energi ini bisa menyentuh hingga di ujung timur Indonesia,” imbuh Edi.

Edi menerangkan, bahwa dari sisi ekonomi dan penggunaan LPG lebih memudahkan masyarakat.

“Kita coba melakukan penghitungan biaya membeli minyak tanah untuk penggunaan selama dua minggu, rata-rata setiap keluarga sebanyak 14 liter maka biaya yang dikeluarkan sebesar Rp117 ribu, sedangkan untuk isi ulang LPG Rp105 ribu, belum lagi kaitan dengan kerepotan yang ditimbulkan, tentunya menggunakan elpiji lebih aman, praktis dan mudah,” katanya.

Saat pengantaran tabung gas ke rumah konsumen, Bela, salah satu konsumen yang baru menggunakan LPG mengungkapan ketakutan akan bahaya ledakan gas yang terjadi jika memakai tabung gas.

“Awalnya saya sendiri masih khawatir ya pakai kompor gas, karena ya itu, saya takut tabung gas bocor terus tiba-tiba meledak. Tapi, karena ada tetangga yang pakai dan bilang coba saja, ya saya mau coba ini, karena katanya lebih praktis juga ya,” kata Bela.

Program konversi minyak tanah ke gas memang belum secara resmi diberlakukan di wilayah Papua Maluku. Sebagian besar masyarakat masih menggunakan minyak tanah. Namun, dengan sosialisasi yang masif, masyarakat diharapkan akan segera beralih menggunakan LPG.

“Saatnya beralih ke gas supaya pemerataan energi dapat terjadi. Jangan takut menggunakan gas karena sebenarnya ini lebih aman dan praktis,” pungkas Edi.(hsb).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *