Jayapura, fajarpapua.com – Kawasan hutan sagu di Kampung Yoboi, Distrik Sentani Kota, Kabupaten Jayapura, terus mengalami penyusutan akibat maraknya penebangan dan pembangunan yang tidak terkendali.
Hal ini menjadi perhatian serius bagi pemerhati lingkungan dan budaya setempat.
Pemerhati Sagu Kampung Yoboi, Billy Tokoro, mengungkapkan luas hutan sagu yang tersisa saat ini hanya sekitar 1.600 hektare, jauh dari kondisi ideal yang pernah mencapai sekitar 1.900 hektare.
Penurunan ini terjadi seiring masifnya alih fungsi lahan untuk pemukiman dan pembangunan infrastruktur.
“Hutan sagu seharusnya menjadi benteng pelestarian budaya. Di dalamnya ada kearifan lokal, nilai kekeluargaan, dan kerukunan masyarakat adat. Jika hutan sagu habis, maka warisan budaya kita juga ikut hilang,” ujar Billy Tokoro kepada wartawan di Dermaga Pantai Yahim, Sentani, Kamis (17/4).
Ia juga menyoroti dampak lingkungan dari berkurangnya hutan sagu. Salah satunya adalah pencemaran Danau Sentani yang semakin mengkhawatirkan.
Menurut Billy, upaya pelestarian bisa dilakukan dengan pendekatan ekowisata berkelanjutan yang tidak merusak alam.
“Melalui konsep ekowisata, hutan sagu tetap bisa memberi nilai ekonomi bagi masyarakat tanpa harus ditebang secara masif,” jelasnya.
Billy menegaskan bahwa sagu bukan hanya sumber pangan, tapi juga identitas orang Papua.
“Papua tidak bicara soal beras, tapi soal sagu. Kalau hutan sagu hilang, maka identitas kita ikut hilang. Masyarakat adat harus menjadi garda terdepan dalam menjaga keberlanjutannya,” tegasnya.
Ia menambahkan aktivitas industri dan masuknya proyek-proyek pembangunan di kawasan ekowisata Yoboi juga menjadi ancaman nyata bagi kelestarian hutan sagu.
“Perubahan fungsi lahan menjadi pemukiman, serta masuknya industri, telah menggerus wilayah-wilayah sagu yang dulu dikelola masyarakat secara turun-temurun,” pungkasnya.
Pemerintah daerah dan pemangku kepentingan diharapkan dapat merumuskan kebijakan yang berpihak pada pelestarian hutan sagu demi menjaga identitas, budaya, dan kelangsungan hidup masyarakat adat di Jayapura. (hsb)