BERITA UTAMAMIMIKA

Mengkhawatirkan ! Pemasukan Hotel di Timika “Terjun Bebas”, Pemda Diminta Kurangi Proyek Fisik

pngtree vector tick icon png image 1025736
13
×

Mengkhawatirkan ! Pemasukan Hotel di Timika “Terjun Bebas”, Pemda Diminta Kurangi Proyek Fisik

Share this article
Manager Hotel Grand Tembaga, Samuel Tandiyono

Timika, fajarpapua.com – Penghasilan usaha jasa perhotelan, restauran dan rumah makan di Kota Timika sejak Maret 2020 lalu “ terjun bebas” alias hancur-hancuran. Kondisi ini disebabkan tingkat hunian (occupancy) turun tajam dari 80-90 persen hingga 20-30 persen.

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mimika diminta mengundang para pelaku usaha bidang jasa perhotelan, restauran dan rumah makan untuk membicarakan masalah tersebut bersama-sama. Sebaliknya, pemerintah juga diminta mengurangi proyek fisik dan lebih banyak mengalokasikan dana untuk menyelamatkan ekonomi warga.

ads

Manager Hotel Grand Tembaga, Samuel Tandiyono kepada wartawan di Restaurant Grand Tembaga, Kamis (7/1), mengatakan kondisi ambruknya pemasukan hotel terjadi sejak awal wabah pandemi Covid 19 pada Maret 2020 lalu.

“Hunian kamar hotel menurun drastis, kemudian restauran dan penggunaan aula untuk ivent-ivent besar yang melibatkan puluhan dan ratusan warga tidak ada lagi,” ujarnya.

Kondisi demikian, lanjut Samuel sangat berat untuk pelaku usaha jasa perhotelan sebab selain operasional hotel, upah para karyawan juga sangat berpengaruh.

Padahal, usaha jasa seperti ini turut membantu pemerintah daerah dalam hal pajak dan lapangan pekerjaan.

Mestinya, pemerintah dapat mengudang pelaku usaha untuk duduk bersama mencari jalan keluar agar jasa perhotelan tidak kolaps.

Samuel menuturkan, meski pengelola hotel dan restauran membuat gebrakan dan inovasi terbaik sekalipun demi menarik minat warga agar dapat menggunakan hunian hotel, namun tidak berpengaruh sebab masyarakat sedang berhadapan dengan pandemi covid 19 yang angkanya terus melambung.

“Kita mau promosi dan iklan jenis apa saja percuma, karena masyarakat lebih memilih mengirit biaya hidup dari pada menggunakan jasa hunian hotel walaupun dengan tawaran murah sekalipun. Usul kami Pemkab ikut membantu supaya tidak kolaps. Ini dirasakan semua pelaku jasa perhotelan yang ada di Timika,” terang Samuel.

Menurut dia, biaya perawatan dan operasional lumayan besar. Pihak manajemen hotel sudah berupaya mencari jalan keluar agar bisa keluar dari situasi ini namun sia-sia.

Untuk mengurangi biaya, pihaknya mengambil kebijakan dengan mempekerjakan karyawan 3 shift.

Shift pertama masuk pagi dan pulang jam 15.00 Wit, masuk siang jam 15.00 Wit pulang jam 23.00 Wit atau jam 24.00 Wit. Shift tiga masuk jam 24.00 Wit pulang pagi hari. Dengan sistem shift ini otomatis pendapatan ikut berkurang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *