Timika, fajarpapua.com – Gerimis jatuh mengusik atap-atap rumah, mengeluarkan suara gemericik mirip larik-larik kertas yang dicabik. Terburai pecah tak menyentuh lantai, keburu terbawa angin yang meniup sepoi-sepoi.
Malam itu, Sabtu pukul 02.00 WIT, sepuluh orang krew fajarpapua.com berkumpul di Markas Jalan Belibis. Hanya satu dua kendaraan yang lewat di jalur itu, maklum sudah tengah malam.
Yah, memperingati setahun berdirinya fajarpapua.com, sepuluh punggawa yang terdiri dari unsur redaktur, wartawan dan admin base Timika hendak melakukan tour ke Teluk Triton Kaimana Papua Barat.
Sesuai rencana awal, memang perjalanan dikemas ala backpackeran. Ke Kaimana cukup menumpang KM Tatamailau dari Pelabuhan Pomako. Hitung-hitung hemat biaya sekaligus menambah kesan adventure gitu lho.
Jam bergeser tepat pukul 02.00, malam itu tiga mobil yang ditumpangi krew bertolak menuju pelabuhan Pomako. Perjalanan diawali doa singkat memohon perlindungan Tuhan agar selama perjalanan tour kali ini tidak terjadi peristiwa diluar kehendak.
Yang unik, meskipun setiap krew bebas berekspresi, namun untuk urusan membawa pakaian, masing-masing orang wajib bawa satu ransel dan dilarang pakai koper. Alasannya kenapa? Ngga tau juga sih.
Sekitar satu jam perjalanan, akhirnya krew tiba di Pelabuhan Pomako. Dingin malam masih terasa. Kami berdiri di sudut dermaga, tempat agak gelap, mirip sekumpulan ninja hitam yang kedinginan.
Mujur ada lampu sorot, tapi samar-samar, bukannya menerangi malah menambah kesan angker. Jangan heran bung, pelabuhan Pomako memang begitu, gelap dan pecek itu pemandangan biasa. Mau diperbaiki sih, tapi katanya tanah pelabuhan itu masih diklaim oknum pengusaha swasta Timika. Rumit yah…
Cekidot !. KM Tatamailau yang semula dijadwalkan tiba di Pelabuhan Pomako pukul 04.00 pagi ternyata molor sampai pukul 06.00 pagi. Weleh-weleh, padahal semalam tidak tidur gara-gara menunggu kedatangannya.
Saat kapal sandar dan penumpang dipersilahkan naik, kami terpaksa berdesakan di tangga yang sempit, berjibaku dengan TKBM yang memikul barang bawaan penumpang membuat suasana haru biru.
Kapal baru berangkat dari Pomako pada pukul 08.15 pagi. Mungkin karena semalam tak tidur, ditambah lagi lelah menunggu di pelabuhan membuat seluruh krew fajarpapua.com terlelap dalam tidur masing-masing di Dek 4, deretan 43-49.
Kapal bertolak menuju pelabuhan kota Tual Maluku Tenggara. Kondisi dalam dek yang begitu panas memaksa setiap penumpang menyewa kipas angin yang memang disediakan para pedagang yang berlalu lalang.
Untuk satu kali perjalanan, harga sewa satu kipas angin Rp 50.000.
Kesibukan setiap orang dalam dek kapal beragam, mulai dari tidur-tiduran, main game offline, bercanda gurau, main kartu, maupun kedatangan pedagang keliling yang rajin mejajakan dagangan berupa kopi, teh, mie insant, baju, sampai asesoris.
Rutinitas sholat lima waktu setia dikumandangkan awak kapal melalui pengeras suara kepada seluruh penumpang mengajak teman-teman muslim fajarpapua.com untuk menunaikan rukun Islam kedua itu.
Informasi yang sama diberikan kepada umat kristiani untuk melakukan ibadah oikumene di atas kapal, pada Minggu (14/11) pagi.
Tak banyak yang bisa dilakukan Ando (desain grafis) dan rekan-rekan selain makan, tidur, bangun, jalan-jalan di cafetaria kapal, dan kembali tidur.
Untuk membunuh rasa bosan yang mendera, Putri (Admin) dan anggota krew lain berinisiatif membeli kartu domino di toko terapung itu. Lalu mulai bermain berharap waktu cepat berlalu, setidaknya menit dan jam berlari lebih cepat.
Keseruan permainan benar-benar dirasakan dalam kebersamaan itu, tergambar dari pancaran senyum, tawa ketika salahsatu diantaranya kalah dalam pertandingan dan diharuskan menggantung alat komunikasi Handytalky (HT) pada telinga.
Hukuman atas kekalahan diperberat dengan kewajiban push up sebanyak lima kali. Keceriaan ini menarik perhatian penumpang lain yang hendak menumpang lewat di barisan dek 4 A.(bersambung)