BERITA UTAMAPAPUA

200 Penari dari Berbagai Wilayah Nusantara Bawakan Tarian Kolosal Dalam Closing Ceremony KMAN VI Jayapura

cropped 895e2990 d422 4061 9705 e533253f1607.jpg
5
×

200 Penari dari Berbagai Wilayah Nusantara Bawakan Tarian Kolosal Dalam Closing Ceremony KMAN VI Jayapura

Share this article
IMG 20221028 WA0066
Para penari dari seluruh Nusantara terlihat sedang berlatih jelang penutupan KMAN VI Jayapura di Stadion Barnabas Youwe, Sentani. Foto: HSB

Jayapura, fajarpapua.com- Upacara penutupan atau closing ceremony Kongres Masyarakat Adat Nusantara (KMAN) VI Jayapura dipastikan akan berlangsung meriah.

Salah satu acara yang terjadwal dalam proses closing ceremony yang akan digelar 30 Oktober 2022 di Stadion Barnabas Youwe adalah Tarian Nusantara.

Klik Gambar Untuk Informasi Selanjutnya
Klik Gambar Untuk Informasi Selanjutnya

Tarian ini akan dibawakan oleh sekitar 200-an lebih penari dari seluruh Nusantara yang datang dengan latar belakang kehidupan yang berbeda.

“Pentas tari kolosal ini diharapkan terus menjadi bagian penting bagi generasi muda kita, agar selalu mencintai seni dan budaya lewat tarian dan lagu yang dibentuk dalam tarian kolosal atupun kreasi,” ujar Vence A. Pattipeiluhu, salah satu koreografer yang menggarap tarian kololosal ini.

Ia mengatakan tarian yang akan dibawakan dalam closing ceremony nanti merupakan tari kolosal yang dikemas dalam konsep penggabungan tarian tarian dari seluruh Nusantara.

“Tari yang akan dibawakan nanti di ambil dari berbagai Provinsi yang ada di Indonesia, antara lain Tarian dari Maluku, Sulawesi, Kalimantan, Bali, Sumatera dan tentunya Papua,” imbuhnya.

Vence menjelaskan dari Maluku akan ditampilkan tarian khas Suku Tanimbar, dari Sulawesi diambil dari Suku Toraja yaitu Tari Pagelu, dari Kalimantan yaitu tarian khas Suku Dayak, dari Jawa diambil dari Jawa Timur yaitu Ttarian khas Ponorogo, dari Sumatera adalah Sumatera Utara yaitu tarian khas Tor-tor yang semuanya di padukan dalam bentuk tari kolosal.

Menurutnya, tarian kolosal ini juga sebagai wujud bersatu, bersama menjaga tanah dan air.

“Gerak tubuh dan lantunan yang ditampilkan menggambarkan tentang hak dan kewajiban masyarakat adat yang mengapresiasikan budaya dan adat di seluruh Nusantara,” tuturnya.

Ketika di tanyai tanggapan mengenai Kongres AMAN VI ini, ia mengatakan kegiatan ini membawa dampak yang signifikan bagi Tanah Papua dan seluruh suku -suku di wilayah adat.

“Semoga di Kongres berikutnya bisa lebih baik lagi dari Kongres AMAN VI di Papua,” harapnya.(hsb)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *