BERITA UTAMAPAPUA

Kisah 15 Pekerja Bangunan yang Diancam KKB, Hanya Diberi Waktu 2 Hari, Lintasi Sungai dan Gunung Terpaksa Makan Ular

cropped 895e2990 d422 4061 9705 e533253f1607.jpg
4
×

Kisah 15 Pekerja Bangunan yang Diancam KKB, Hanya Diberi Waktu 2 Hari, Lintasi Sungai dan Gunung Terpaksa Makan Ular

Share this article
IMG 20230209 WA0134
Zakarias Behuku, salah satu dari 15 pekerja bangunan yang berhasil dievakuasi setelah mendapatkan ancaman dari KKB di Nduga.

Timika, fajarpapua.com – Zakarias Behuku (32), salah satu dari 15 pekerja bangunan yang menjadi korban teror Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) yang berhasil dievakuasi mengaku dirinya bersama 14 teman lain diancam KKB untuk segera meninggalkan Distrik Paro Kabupaten Nduga. Bahkan, kelompok sipil bersenjata itu memberi waktu hanya 2 hari kepada mereka agar segera minggat.

Klik Gambar Untuk Informasi Selanjutnya
Klik Gambar Untuk Informasi Selanjutnya

“Kami disana sudah satu bulan lebih. Hari minggu kemarin dengar dapat ancaman, setelah mendapat ancaman, masyarakat kumpulkan kami dan menyuruh kami tinggal di balai desa untuk lindungi kita dari ancaman KKB. Kita juga tidak tahu siapa yang ancam. Tidak sempat ketemu kelompok-kelompok (KKB) itu, muka juga tidak tahu karena mereka kan hampir mirip,” kata Zakaria saat ditemui di Kantor Pelayanan Polres Mimika, Kamis (9/2).

Menurutnya setelah tinggal di balai desa, esoknya hari yakni Senin, dirinya bersama teman-teman memutuskan untuk keluar dari kampung bersama warga setempat ke lokasi lain dengan berjalan kaki selama dua hari ke salah satu gunung yang bisa terkoneksi jaringan. Tujuannya untuk menghubungi pihak kontraktor agar segera menjemput mereka.

“Hari minggu dapat ancaman kontraktor kita datang dan kosongkan Paro sekaligus pembagian uang terus diberikan perlindungan oleh warga. Selanjutnya hari Senin kami memutuskan untuk berjalan kaki menyeberangi sungai dan gunung,” tuturnya.

Lanjut dia, selama perjalanan, belasan pekerja dan masyarakat yang ikut mengantar kelaparan, mereka tidak makan apa-apa, hanya makan supermie mentah dan memakan ular dengan cara dibakar.

Pada hari Selasa, ia melihat ada pesawat Susi Air telah mendarat di Paro. Hanya saja dia dan rekan-rekannya tidak melihat langsung apakah pesawat tersebut dibakar atau tidak. Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan ke gunung terakhir yang ada jaringan untuk meminta jemputan.

Salah satu rekannya pergi ke gunung untuk menghubungi pihak kontraktor, Kapolres dan Pj Bupati Nduga untuk meminta jemputan.

Untuk sampai ke puncak gunung dan kembali dibutuhkan waktu 6 jam. Setelah berkomunikasi, belasan pekerja tersebut bermalam dan menunggu pagi untuk bergegas ke gunung menunggu jemputan

“Kita sempat bermalam di atas gunung, setelah itu kita jalan lagi sampai di gunung terakhir itu baru kita dapat jaringan komunikasi. Ada teman pergi ke atas gunung untuk telepon sama kontraktor, teman itu pergi jam 2 siang pulang dan kembali jam 8 malam. Dia sampaikan sudah hubungi pak Kapolres, Bupati untuk minta dijemput,” jelasnya.

“Setelah itu helikopter datang jemput kita untuk antar ke Kenyam karena kabut jadi kita istirahat sekitar 1 sampai 2 jam tunggu kabut redah baru helikopter bisa masuk jemput kita,” imbuhnya.

Selanjutnya setelah cuaca tidak berkabut tim gabungan yang membawa para pekerja bangunan berangkat menuju Timika dan pada sore harinya tiba di Timika.

Belasan pekerja bangunan itu dan tiga warga Nduga yang ikut dievakuasi dibawa ke RSUD Mimika untuk menjalani pengecekan kesehatan.

“Kami tiba di bandara Lanud Timika kita diperiksa di rumah sakit, lalu kita dibawa ke Polres,” ujarnya.(ron)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *