BERITA UTAMAPAPUA

Terobosan Baru, LPTQ Gelar Pelatihan Terpadu dalam Penjaringan Peserta Orang Asli Papua

cropped 895e2990 d422 4061 9705 e533253f1607.jpg
38
×

Terobosan Baru, LPTQ Gelar Pelatihan Terpadu dalam Penjaringan Peserta Orang Asli Papua

Share this article
IMG 20240224 WA0072
Foto bersama usai kegiatan

Jayapura, fajarpapua.com-Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) Provinsi Papua mengambil terobosan dalam pelibatan dan pemberdayaan orang asli Papua pada ajang Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ).

Ini diwujudkan melalui Pelatihan Terpadu Cabang Tilawatil Qur’an dan Hifzhil Qur’an dalam Penjaringan Peserta Orang Asli Papua (OAP) di Aula Kantor Badan Pengembangan Sumber Daya Aparatur (BPSDA) Provinsi Papua, di Kotaraja, Jayapura, 23-25 Februari 2024.

ads

Dua pelatih berkapasitas nasional yang kerap menjadi dewan hakim MTQ/STQH nasional dihadirkan untuk melatih dalam dua hari ini. Dua pelatih ini adalah Dr. Hj Umi Khusnul Khotimah, dan H. Masrur Ikhwan, S. Q., MA.

Minimnya kesertaan OAP pada MTQ telah lama menjadi keresahan yang dirasakan pengurus LPTQ. Maka, sebagaimana pernyataan Ketua Umum LPTQ Provinsi Papua, H.M.B. Setyo Wahyudi, ke depannya penjaringan OAP diharapkan menjadi program Pengurus LPTQ.

Hal ini disampaikannya saat membuka kegiatan ini, Sabtu (24/2/2024), di Aula BPSDA.

“Sejak saya dikukuhkan (sebagai Ketua LPTQ), saya coba cermati arahan Pj. Gubernur, dan satu per satu kita coba jalankan. Tiap kegiatan kita evaluasi. Arahan beliau, coba bisa menjaring saudara kita OAP, kita sejajarkan. Saat pertama kali saya keluar ke Jambi (pada ajang STQHN terakhir Oktober-November tahun lalu), masa tidak ada satupun (peserta OAP,” kata Setyo Wahyudi kegiatan ini, Sabtu (24/2/2024), di Aula BPSDA.

Hal ini, imbuhnya, dilaksanakan dengan keterbatasan anggaran di tengah kondisi keuangan provinsi yang saat ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, terbagi pada 4 fokus seiring pemekaran provinsi baru. Pada kesempatan yang sama, Ketua Panitia Dr. H. Syaiful Muhyidin mengatakan bahwa kegiatan ini dibiayai dana hibah dari Pemerintah Provinsi Papua.

Senada dengan penjelsan Ketua Umum LPTQ, Ketua Panitia juga mengatakan bahwa kegiatan ini dilatarbelakangi ketidakseimbangan jumlah, bahkan ketiadaan peserta OAP pada ajang MTQ baik kabupaten/kota, provinsi, maupun nasional.

Dewan Hakim dan pelatih MTQ Nasional Dr. Hj. Umi mengapresiasi inisiatif dan penyelenggaraan pelatihan terpadu dalam penjaringan OAP tersebut, dan menyebutnya sebagai program yang luar biasa progresif.

Mengamini harapan pengurus LPTQ melalui penyampaian Ketum, ia berharap untuk semakin banyak OAP yang terlibat baik sebagai peserta maupun pelatih hakim/dewan juri.

“Dugaan saya OAP potensinya besar. Untuk bisa membaca Al-Qur’an dengan baik, antara lain suaranya harus kuat. Dan menurut saya orang Papua suaranya kuat. Hanya belum diasah. Ibarat batu yang belum diasah. Sebagus apapun kalau tidak diasah tidak akan kelihatan kilauan batu tersebut,” demikian keyakinan Umi.

Ia berpesan para peserta untuk harus punya semangat kuat. Ia yakin OAP pasti bisa.

“Harus bersemangat punya keyakinan bahwa dengan kesungguhan pasti bisa. Buat saya ini adalah panggilan suci sehingga saya harus datang ke Papua,” demikian pandangannya.

Dijelaskan Setyo Wahyudi, pelatihan terpadu dalam rangka penjaringan OAP seperti ini baru pertama kali diadakan dan cukup dadakan. Maka sangat mungkin masih ada kekurangan.

“Saran dari para senior kami perlukan. Kegiatan ini perlu benar-benar dicermati. Saya yakin dan percaya kita bisa menyejajarkan adik-adik Papua. (Selanjutnya) Pak Pj. Gubernur bisa melihat secara nyata bahwa kita bisa melatih, walaupun tentu hasilnya belum akan sehebat misalnya yang latihan 10 kali jika dibanding yang 2 kali”, terang Ketum LPTQ.

Keterlibatan pelatih dan dewan hakim nasional, jelasnya lagi, diharapkan dapat turut membaca bakat dan potensi peserta untuk kemudian menjadi rekomendasi.

“Dengan pelatih Bu Umi, dengan mendengar suaranya saja, diharapkan merekomendasikan siapa yang bisa, sehingga menjadi pertimbangan, dan penyampaian pada Pj. Gubernur sehingga arahan selanjutnya seperti apa. Lalu harapannya di tingkat lokal, peserta OAP bisa mengambil bagian, dan harapannya ke depan di tingkat nasional bisa tampil dan menjadi juara,” beber Setyo Wahyudi.

Ia mengharapkan peserta non Papua dan peserta OAP bisa bersinergi dan berkolaborasi bersama, sehingga kelebihan dan kekurangan dipadukan.

“Saya yakin dan percaya adik-adik adalah mutiara terpendam yang belum nampak, yang selama ini belum kita sentuh. Memang (kegiatan pelatihan terpadu ini) tidak lama karena perdana. Harapannya ke depan kita diskusikan kembali. Terkait waktu kita evaluasi kembali. Kita akan minta saran ke ibu Hj. Umi”, demikian dikatakan Ketum LPTQ.

Walau masih banyak keterbatasan, Ketua Panitia berharap hajat untuk mengangkat OAP semoga terwujudkan.

“Insyaallah kegiatan tidak hanya di sini saja. Namun karena keterbatasan waktu dan lain-lain. Insyaallah ini hanyalah awal dan selanjutnya akan berkoordinasi dengan LPTQ Kabupaten/Kota,” pungkasnya.(hsb)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *