BERITA UTAMAMIMIKApinpost

Haris Azhar Ungkap Konspirasi Dibalik Sulitnya Warga Banti Opitawak Kembali ke Kampung

pngtree vector tick icon png image 1025736
7
×

Haris Azhar Ungkap Konspirasi Dibalik Sulitnya Warga Banti Opitawak Kembali ke Kampung

Share this article
Banti
Warga Banti Opitawak yang minta dipulangkan.

Timika, fajarpapua.com – Pengacara nasional, Haris Azhar, SH mengatakan ada konspirasi terselubung dibalik sulitnya warga Banti Opitawak kembali ke kampung halaman mereka. Sehingga dia mengancam warga akan kembali berjalan kaki jika pemerintah dan Freeport tidak juga memfasilitasi kepulangan mereka.

ads

Haris mengatakan, bunyi tembakan menjadi bagian yang menciptakan trauma bagi warga.

“Orang dimana-mana tahu konflik bersenjata korbannya warga sipil, tapi di Papua, baku tembak antara TNI/Polri dan TPM OPM (KKB) yang jadi korban masyarakat adat Papua,” ungkap Haris kepada wartawan di Jalan Baru Timika Papua, Senin (26/10).

Ia mengemukakan, dampak seperti itu yang harus dibicarakan termasuk yang terjadi di Kabupaten Intan Jaya dimana satu kampung kosong.

“Soal kasus warga Banti – Opitawak turun Timika sudah tujuh bulan, tapi ada hal yang tidak terjawab. Mestinya TNI/Polri, Pemkab, pemerintah pusat (pempus) langsung buat tim. Malu ada warganya 1.800 orang yang berinisiatif untuk mengamankan diri. Jadi mereka bukan pengungsi tapi mengamankan diri dan memberi waktu buat negara untuk masuk mengamankan kampung supaya mereka bisa kembali secepatnya,” ujarnya.

Kata dia, tujuan TNI/Polri dibentuk untuk mengayomi, melndungi dan mengamankan masyarakat dari gangguan pihak lain. Jika TNI/Polri tidak ngamankan warganya lalu mereka mengamankan diri di siapa?.

Dalam kasus tiga kampung ini, mestinya dari awal dibuatkan rencana, jika kondisinya sudah aman, warga harus dikembalikan ke kampung mereka masing-masing.

“Pemkab siapkan alatnya, perusahaan PTFI buka jalannya supaya mereka kembali. Ini dugaan saja, sepertinya ada yang nikmati dengan masalah warga Banti – Opitawak ini. Ada siasat jahat, dimana mestinya mereka dikembliikan ke kampungnya. Sesuai diskusi dengan warga dan para tokoh warga sudah meninggal ada 8 orang karena stres dengan kehidupan Timika yang begini keras. Ada yang kena malaria, ada yang stres. Padahal kalau mereka tinggal di Banti udaranya asli, hawanya bagus mereka pasti masih sehat semua. Saya menduga ada yang menikmati suasana ini,” bebernya.

Saat wartawan balik bertanya siapa yang dimaksudkan, Haris mengatakan tidak tahu, tapi dengan situasi yang dialami warga seperti ini, dibiarkan berbulan-bulan tanpa penanganan, berarti ada yang menikmati suasana ini.

“Selama ini yang berbicara keras bahwa warga tidak boleh kembali ke Banti dan Opitawak itu yang menikmati suasana dimana warga yang lagi susah saat ini,” jelas Haris.

Dia menjelaskan, jika warga Banti-Opitawak adalah warga dan keluarganya, dia kembalikan mereka ke sana dengan risiko apapun.

“Jangan engkau jual keluargamu sendiri hidup luntang lantung di kota Timika, hidup dari satu kos ke kos yang lain, bahkan ada yang tuan rumah usir karena tidak bayar uang kos. Jangan biarakan mereka hidup di Timika, tapi cari jalan secepatnya dengan mengembalikan mereka ke kampung. Harus berupaya sesegera mungkin untuk memulangkan mereka, apalagi diatas saat ini sudah aman. Tapi sayang dia tidak maju berjuang untuk warganya sendiri, mungkin dia sibuk dengan urusan besar lainnya, mengorbankan masyarakatnya sendiri,” tukasnya.

Soal kepentingan Freeport, dia mengaku mendengar informasi akan ada perluasan area kawasan tambang.

“Buktinya dia sosialisasi amdal, dan ini perlu dicek apakah tiga kampung ini masuk dalam dokumen amdal PTFI. Jangan – jangan dengan kasus kemarin mereka mau caplok semua kampung orang-orang ini. Saya curiga ada siasat jahat, agar mereka tidak bisa kembali kesana lagi. Padahal mereka turun atas kerelaan dan inisiatif mereka sendiri,” tuturnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *