BERITA UTAMAGEBYAR PON PAPUA

Pendaratan Tidak Terisi Angin, Satu Atlet Terjun Payung PON XX Papua Alami Cedera

cropped 895e2990 d422 4061 9705 e533253f1607.jpg
7
×

Pendaratan Tidak Terisi Angin, Satu Atlet Terjun Payung PON XX Papua Alami Cedera

Share this article
Atlet terjun payung putra dari Papua, Supriyo menahan sakit akibat cedera setelah mendarat di Kasur Pendaratan yang mengalami malfungsi karena tidak terisi angin akibat mati lampu, di Venue Terjun Payung, halaman Kantor Bupati Mimika, Rabu (6/10/2021). /FOTO: IRVANDI JUNIO/HUMAS PPM)
Atlet terjun payung putra dari Papua, Supriyo menahan sakit akibat cedera setelah mendarat di Kasur Pendaratan yang mengalami malfungsi karena tidak terisi angin akibat mati lampu, di Venue Terjun Payung, halaman Kantor Bupati Mimika, Rabu (6/10/2021). /FOTO: IRVANDI JUNIO/HUMAS PPM)

Timika, fajarpapua.com – Supriyo, salah satu atlet terjun payung nomor ketepatan mendarat beregu putra perwakilan Provinsi Papua, mengalami cedera ringan, yakni keseleo saat mendarat di venue terjun payung PON XX Papua 2021 di lapangan Kantor Pusat Pemerintahan Kabupaten Mimika, Rabu (6/10/2021).


Kapten Tim Terjun Payung Papua untuk nomor ketepatan mendarat, Erpintono mengatakan, insiden yang dialami atletnya diakibatkan tidak adanya angin di dalam matras atau bundaran pendaratan.

Klik Gambar Untuk Informasi Selanjutnya
Klik Gambar Untuk Informasi Selanjutnya

Hal ini terbukti berdasarkan informasi, saat atlet mendarat bundaran dalam keadaan tidak terisi angin, lantaran listriknya mati.


“Ini berarti kendalanya pada panitia. Makanya saat Supriyo mendarat langsung terpental ke luar bundaran. Hal itu harusnya tidak boleh terulang lagi, karena sangat membahayakan penerjun. Harusnya listrik selalu menyala supaya aliran anginnya ke pendaratan itu selalu ada. Kalau anginnya tidak ada, pastinya penerjun akan mengalami kesakitan dan bisa terpental ke luar,” katanya.


Hal itupun dibenarkan Supriyo. Ia mengaku telah dengan konsentrasi penuh saat mendarat, akan tetapi kasur pendaratannya kosong tanpa diisi angin. Ia berharap agar panitia benar-benar memperhatikan sedetail mungkin teknis di bagian pendaratan.


“Pendaratannya itu sama sekali tidak ada anginnya. Itu sama saja diibaratkan saya mendarat di tempat tanpa kasur. Makanya sangat lumayan sakit yang saya rasa di bagian bokong,” tuturnya usai ditangani tim medis.


Sedangkan dr. Bekti Lestari yang menangani Supriyo menjelaskan, atlet tersebut mengalami keseleo ringan dan langsung diberikan tindakan cepat.


“Dia jatuhnya terduduk, sehingga alami keseleo. Itu tidak serius, tapi keseleo ringan saja. Kami sudah observasi dan ada tindakan sedikit berupa pijatan. Meski begitu, nanti kita rencanakan akan lakukan fisioterapi di Klinik Kuala Kencana. Itu berlaku untuk semua atlet yang mengalami cedera,” jelasnya.


Lebih lanjut dijelaskan, tim kesehatan yang siap menangani atlet terjun payung terdiri dari tiga orang dokter yang diperbantukan dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Mimika, juga ada tiga dokter dari ISOS , dua orang perawat serta beberapa relawan. Selain tenaga medis, juga ada tenaga lainnya termasuk pengemudi. (HumasPPM/Aloisius N – Elsina Mnsen/Maftukin)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *