Timika – fajarpapua.com – PT Freeport Indonesia (PTFI) menyerahkan bantuan berupa 520 kilogram makanan pokok untuk korban banjir dan longsor di Distrik Tembagapura.
Bantuan ini diserahkan oleh Vice President (VP) Community Relations PTFI Engel Enoch kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di Posko BPBD Tim Reaksi Cepat (TRC), SP 5 Timika, Kabupaten Mimika, Papua Tengah, Rabu (30/8) lalu.
Bahan makanan seberat 520 kilogram tersebut terdiri dari kornet, sarden, dan minyak goreng guna melengkapi bantuan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mimika menjadi 2,5 ton bahan makanan.
Bantuan ini selanjutnya akan didistribusikan oleh Pemkab Mimika ke wilayah terdampak menggunakan transportasi udara.
Mewakili Manajemen PTFI, Engel Enoch mengatakan, pihaknya turut bersimpati atas bencana alam yang terjadi di Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika.
“Setelah mendengar laporan dari wilayah tersebut, kami bergegas menyiapkan bantuan bahan makanan pokok yang dapat langsung dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat,” ujarnya.
‘Kami akan terus berkoordinasi dengan pemerintah daerah mengikuti perkembangan situasi, serta mengidentifikasi kebutuhan mendasar di lokasi,” tambahnya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mimika Yosias Lossu mengapresiasi PTFI atas bantuan kemanusiaan kepada masyarakat yang terdampak.
“Kami berterima kasih kepada PTFI yang membantu kami menghadapi situasi menantang seperti saat ini, di mana akses terhadap bahan makanan menjadi hal yang krusial,” kata Yosias.
Menurutnya BPBD Mimika saat ini telah mengumpulkan 2,5 ton bantuan dari Pemkab Mimika dan PTFI dan dalam tiga hari terakhir telah terdistribusi sebanyak 146 kilogram.
“Semoga kerja sama yang baik PTFI bersama Pemerintah kedepannya dapat dilakukan secara berkelanjutan, serta bantuan yang kami terima dapat segera didistribusikan untuk membantu masyarakat yang terdampak,” pungkas Yosias.
Seperti diketahui banjir dan longsor yang terjadi akibat hujan deras pada 25 Agustus 2023 di Distrik Tembagapura menyebabkan tiga jembatan yang menghubungkan antar kampung terputus.
Selain itu kebun milik masyarakat di sepanjang pinggir sungai juga mengalami kerusakan.
Hal ini membuat masyarakat yang terdampak kesulitan untuk mendapatkan makanan dan minuman serta mengakses kebun karena akses yang terputus.(ron)
