BERITA UTAMAMIMIKA

Bejat, Oknum Pengasuh Yayasan keagamaan di Kadun Jaya Timika Sodomi Murid, Korban Malah Nekat Sodomi Kakak di Rumah

cropped 895e2990 d422 4061 9705 e533253f1607.jpg
49
×

Bejat, Oknum Pengasuh Yayasan keagamaan di Kadun Jaya Timika Sodomi Murid, Korban Malah Nekat Sodomi Kakak di Rumah

Share this article
IMG 20230915 WA0024
Oknum pengasuh yayasan yang juga pelaku penyodoman

Timika, fajarpapua.com – Aksi kekerasan seksual kembali terjadi. Seorang murid SD dilaporkan jadi korban pelecehan seksual oleh oknum pengasuh sekolah yayasan keagamaan di Kampung Kadun Jaya, Distrik Wania Kabupaten Mimika.

Menariknya kasus pelecehan seksual itu terungkap setelah salah satu korban, R (11) yang masih duduk di kelas 5 SD melakukan perbuatan serupa kepada kakaknya, L (20).

ads

Nah, saat melakukan aksinya, R ditampar kakaknya. R yang juga korban mengaku bahwa oknum pengasuhnya yang menyuruhnya melakukan hal tersebut kepada kakaknya.

“Awalnya hari Kamis tanggal 14 September kami tidur di depan TV, saya dengan dua adik saya termasuk R ini. Tapi saya kaget bangun dia coba melakukan pelecahan ke saya jadi saya tampar dia ulang-ulang. Saya tanya kenapa kau buat begitu adik saya bilang pengasuh di asrama yang suruh buat seperti itu, karena pengasuhnya biasa melakukan hal yang sama ke R,” ungkap L kepada fajarpapua.com di kediamannya di Jalan Anggrek, Jumat (15/9/2023).

Setelah kejadian itu, L menelepon ibunya yang juga berinisial R (40) untuk mengadukan hal tersebut.

Ibunya saat itu sedang berada di luar rumah meminta L berhenti menampar adiknya dan tidak lama kemudian R pulang rumah.

Tiba di rumah R langsung mengajak anaknya masuk dalam kamar menanyakan apa yang terjadi. Sang anak menceritakan bahwa tindakan penyodoman itu sering dilakukan oleh pengasuh berinisial S selama dia berada di asrama.

“Saya tanya dia ulang-ulang dan dia cerita kalau pengasuhnya sering menyodomi dia dan pengasuh mita anak saya melakukan pelecehan terhadap kakaknya di rumah. Awalnya saya ragu saya tanya ulang-ulang, saya bilang jangan fitnah pengasuhmu, saya mau pergi ketemu pengasuhmu dan polisi, jadi kau bicara jujur. Anak saya tetap pertahankan kalau dia memang disodomi di asrama, jawabannya konsisten dan dia juga setuju kalau saya pergi ketemu pengasuhnya dan lapor polisi,” kata R.

Akhirnya ia bersama L anak perempuannya dan R langsung menuju sekolah tersebut. Saat bertemu pengasuh, R dan L memukulinya dihadapan pimpinan asrama dan wali kelas R anaknya.

Ibu korban sangat berharap pihak yayasan mengantar pengasuh itu ke polisi namun tidak dilakukan. Sehingga R dan keluarganya melapor ke Polres Mimika dan pihak Polres sudah menjemput dan menahan pelaku untuk diproses hukum.

R menceritakan kejadian pelecehan itu terjadi saat anaknya duduk di kelas 4 SD. Saat itu ia memasukan anakanya di asrama sekolah tersebut agar anaknya mendapat pendidikan agama yang baik. Namun sangat disayangkan anaknya justru mendapat pelecehan dari pengasuh.

“Waktu saya ketemu pimpinan asrama saya tanya anak saya bisa masuk asrama? Waktu itu pimpinan bilang asrama hanya utuk SMP tergantung pengasuh dan pengasuhnya ini yang bilang bisa, jadi saya masukan anakku di situ. Selama di asrama juga anak saya sakit-sakitan, beberapa kali anak saya minta tinggal di rumah tapi saya tidak mau, sampai akhirnya pihak sekolah yang kembalikan anak saya untuk tinggal di rumah. Jadi mulai kelas 5 SD ini anak saya tinggal di rumah. Anak saya masuk asrama itu bulan Juni 2022 dan kembali tinggal di rumah Juli 2023,” katanya.

Ia menyebutkan anaknya sering dipanggil pengasuhnya untuk melakukan tindakan asusila itu pada malam hari. Ia tidak pernah menceritakan kejadian ini kepada sispapun namun pada suatu hari ada seorang temannya melihat R masuk rumah pengasuh, dan temannya bertanya soal pelecehan sehingga R kaget karena temannya bisa tahu.

“Jadi anak saya tanya ke temannya kenapa kau bisa tahu dan temannya itu bilang karena saya juga biasa dipanggil untuk begituan, jadi kau diam-diam saja. Karena pengasuh itu suruh jangan bilang ke siapa-siapa,” ujarnya.

R mengtakan akan memindahkan anaknya ke sekolah lain yang bukan sekolah keagamaan.
“Saya trauma masukan anak di sekolah seperti itu nanti saya masukan di sekolah milik pemerintah saja,” ucapnya.

Meskipun begitu ia berharap ada tanggung jawab dari pihak sekolah, jangan seakan menutupi peristiwa ini.
Sementara itu ketika wartawan menghubungi pimpinan asrama tersebut berinisal D ia menyebutkan masalah itu sudah proses pihak berwajib.(ana)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *