BERITA UTAMAMIMIKA

Kembali Berulah, Setelah Lakukan Pungli, Kepala Kampung Wakia Serang Warga Gegara Tambang Rakyat

cropped 895e2990 d422 4061 9705 e533253f1607.jpg
255
×

Kembali Berulah, Setelah Lakukan Pungli, Kepala Kampung Wakia Serang Warga Gegara Tambang Rakyat

Share this article
IMG 20240207 WA0077
Tambang rakyat Wakia.

ads

Timika, fajarpapua.com – Kepala Kampung Wakia, Distrik Mimika Barat Tengah, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah kembali berulah.

Setelah sebelumnya diberitakan melakukan pungutan luar (Pungli) terhadap para pendulang, FW pada akhir Januari 2024 lalu dilaporkan mengejar warganya menggunakan parang.

Pengejaran dilakukan oleh kepala kampung tersebut membuat warga panik hingga berlari berhamburan menuju hutan dan kampung tetangga.

Pengejaran terjadi pada Selasa 29 Januari 2023 sekitar pukul 12.12 WIT berawal ketika adanya protes warga terkait satu unit alat berat atau eksavator masuk di Kampung Wakia yang dikerahkan oleh m kepala kampung.

Kepala Suku Kampung Wakia, Kosmas Roi Taponamo berniat melakukan komunikasi dengan baik namun saat itu emosi kepala kampung tak terbendung.

Kata kepala suku, saat itu kepala kampung sudah keluar ke lapangan dengan emosi memegang sebilah parang di tangannya.

“Jadi saya mau ke rumahnya kepala kampung tapi dia sudah keluar ke lapangan. Istri saya sempat menegur kepala kampung tetapi dia bilang bahwa warga Kampung Wakia, kamu keluar, hari ini saya penggal kepala kalian,” kata Kosmas kepada awak media Rabu (7/2) saat melarikan diri ke Timika.

Merasa kuatir, Kosmas Roi Taponamo kemudian menuju rumah sekretaris kampung untuk melapor perilaku oknum kepala kampung tersebut.

“Saat tiba di rumahnya sekretaris kampung, rombongan oknum kepala kampung datang membawa alat tajam parang hendak melakukan penyerangan. Saya panik dan langsung lari sembunyi ke hutan dengan sekretaris desa,” tuturnya.

Lanjut dia, setelah merasa situasi aman kepala suku dan sekretaris kampung kembali ke rumah tetapi justru situasi masih panas di mana kepala kampung kembali.

Dirinya kemudian menuju ke rumah Kaur Kesejahteraan Masyarakat Kampung Wakia, Simon Iri untuk mencari perlindungan.

Selang beberapa menit kemudian, istri kepala suku bernama Margareta Moyau sudah berlari ke arah Kali Wakia disusul warga kampung berhamburan lari menyelamatkan diri.

“Semua masyatakat lari lewat belakang rumah menuju hutan karena takut dan mengungsi ke Kampung Wumuka. Saya lari sendiri, istri lari sendiri, anak juga lari sendiri,” katanya.

Kosmas Roi Taponamo kemudian bersama istri, anak dan beberapa warga lain berlari menuju Kampung Kapiraya menyelamatkan diri di rumah keluarga.

“Jadi informasi kalau kepala kampung mengatakan selama sekretaris kampung dan kepala suku masih di Wakia kami punya pergerakan mendatangkan eksavator mengambil emas di gunung terhalang.”

“Informasi beredar di sana kepala kampung bilang akan membunuh kepala suku dan orang yang menghalangi pergerakan eksavator menuju lokasi tambang emas tradisional milik masyatakat adat Kampung Wakia,” katanya.

Ia menyebut, alasan kepala kampung memasukan eksavator ke Wakia untuk membuat jalan dan membantu pembangunan di kampung.

“Awalnya itu membuat jalan dari kampung menuju pantai sekaligus normalisasi kali tetapi ternyata bukan itu yang dilakukan. Meraka malah menggerakkan eksavator ke lokasi tambang emas tradisional.”

“Kalau memang untuk bangun jalan kami terimakasih karena itu adalah kebutuhan masyarakat selama ini tetapi, mereka datang untuk mengambil hasil emas yang selama ini menjadi mata pencarian masyarakat di kampung,” ujarnya.

Menurut Kosmas, kedatangan alat berat tanpa sepengetahuan masyarakat untuk melakukan operasi tambang.

“Kami di todong, mereka sudah buka jalan menuju lokasi tambang tradisional. Itu lokasi tempat makan dan piring makan kami selama ini,” ucapnya.

Ia pun menyesali perbuatan kepala kampung yang selama ini selalu melakukan kegiatan tampa sepengetahuan dan melibatkan masyarakat.

“Jangan ganggu daerah kami. Itu mata pencarian kami untuk beli beras dan kebutuhan keluarga sehari-hari,” tandasnya.

Sementara Kepala Kampung Wakia Distrik Mimika Barat Frederik M Warawarin saat dikonfirmasi mengatakan, keributan yang terjadi adalah dirinya bersama skretaris kampung karena mesin alcon dan sudah diselesaikan secara kekekuargaan.

“Itu masalahnya pak Sek datang mabuk serang saya, ya saya sebagai manusia biasa pasti juga marah,”katanya.

Menurutnya apa yang dilakukan oleh Kepala Suku itu karena dia tidak mengerti karena ada orang luar yang akan memanfaatkan tambang rakyat ini dan dirinya mengakui tidak memiliki masalah dengan kepala suku.

“Kepala suku ini tidak mengerti, masa ada orang lain masuk ke sini mau atur kita punya rumah tangga di Kampung ini,”ungkapnya.

Sedangkan terkait masalah alat berat pihaknya sudah bermusyawarah bersama masyarakat. Dimana alat berat tersebut digunakan untuk pembangunan jalan dari muara Wakia ke Kampung Wakia karena sering ada kendalan jalan dari Kampung Kapiraya sampai ke Wakia.

“Alat berat itu tidak ada masalah kami bahkan lakukan musyawarah sampai dua kali dengan masyarakat. Selain itu sudah terjadi transaksi antara kami pemerintah desa dengan pihak masyarakat dan pihak adat kepala suku dan tidak ada masalah saat pembayaran itu,”ungkapnya.

“Kalau dia terganggu pada saat musyawarah menolak dan saya sudah tanyakan, kalau memang tidak mau terima alat berat untuk pembangunan jalan ya sudah alatnya dipulangkan. Tapikan dia menerima dan tidak ada masalah,”imbuhnya.

Ia menambahkan masalah terjadi karena ada oknum yang sengaja merusak situasi keamanan dikampubg dengan membangun opini-opini yang kurang baik.

“Ini oknum yang ingin merusak keamanan di Kampung dan oknum-oknum ini yang tidak pernah ada di kampung, yang kaget sekarang ada hasil tambang di Kampung buatlah masalah dengan menghasut masyarakat,”ujarnya.(ron)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *