“Bersyukur ada fasilitas yang disediakan oleh Bruder John, dan menjadi tempat belajar bagi anak-anak di lingkungan sini. Dan saya akan fasilitas mereka, saya kan pantun terus mereka tetap eksis dan anak-anak di sini harus tertampung semuanya. Lingkungan demi lingkungan kita bikin supaya menjadi besar.
Suatu ketika kita tahu bahwa generasi yang muncul di lingkungan ini di tempat lain lagi akan lebih baik, mengubah keadaan kita di Papua karena mereka ini harapan kita ke depan,” ungkapnya.
Diharapkan peran dari orang tua untuk membimbing mereka. Ada anak-anak yang putus sekolah dan terlibat airbon kurang lebih sekitar 160 orang. Orang tuanya tidak memberi perhatian kepada mereka. “Makanya tadi saya berpesan kepada orang tuanya yang mempunyai anak-anak kecil untuk pergi tidak terlibat dengan aibon.
Kita kan fasilitasi mereka di sini mungkin dengan mainan yang akan kita kasih, biar mereka lebih semangat sekolah. Mungkin mereka juga tidak melalui proses ikut paud seperti anak-anak biasanya. Kita akan melatih mereka agar merubah wawasan dan mindset mereka untuk bisa melihat yang lebih positif dibandingkan dengan kebiasaan yang dilakukan sehari-hari oleh teman-temannya yang sudah terlanjur terlibat terlibat masalah aibon.
“Ini teman-teman wartawan bisa melihat dalam kota saja sudah begini, bagaimana jadinya dengan anak-anak di daerah dibelakang belakang sana atau di pinggiran. Dengan pemerintahan yang baru Pak Romanus dan Pak Riduwan, kita semua berharap supaya ada perhatian untuk masyarakat di daerah pinggiran. Di kota ini harus di sisir semuanya.
Sebisa mungkin anak-anak ini tidak boleh terlibat dalam aibon dan hal-hal buruk lainnya. Saya yakin di selatan ini akan lahir anak-anak jenius yang menjadi harapan kita bersama. Harapan kita satu-satunya agar bupati dan wakilnya harus bisa memanfaatkan perangkat yang paling bawah, yakni distrik, lurah, RT/RW dan sebagainya. Ini mereka harus terlibat untuk membantu mengatasi masalah anak aibon ini,” tandas Sulaeman.*
