BERITA UTAMAEDITORIALMIMIKA

Mengulang Jejak Tahun 2004, Ketika Awal Mula PT Freeport  Mencetus Budidaya Mangrove (Bagian 2)

cropped 895e2990 d422 4061 9705 e533253f1607.jpg
17
×

Mengulang Jejak Tahun 2004, Ketika Awal Mula PT Freeport  Mencetus Budidaya Mangrove (Bagian 2)

Share this article
General Superintendent Reclamation Biodiversity and Education PTFI, Roberth Sarwom.
General Superintendent Reclamation Biodiversity and Education PTFI, Roberth Sarwom.

Timika, fajarpapua.com – Siang itu cahaya matahari menghujam ufuk kepala. Tiga speedboat yang kami tumpangi berlabuh di tengah muara Ajkwa. Untuk menuju Pulau Waii, para wartawan diangkut longboat. Prosesnya memakan waktu cukup lama. Maklum, Freeport sangat mengedepankan safety untuk para karyawannya. Tiga kali trip pulang pergi dengan maksimal 6 penumpang, jam 11.00 WIT, kami semua tiba di Pulau Waii.

Rupanya hari itu proses penanaman mangrove di Pulau Waii mulai dilakukan. Freeport selalu menanam mangrove di pulau-pulau baru untuk mempercepat proses kolonisasi mangrove di muara.

ads

Terhitung 500 pohon mangrove yang berhasil ditanam karyawan bersama wartawan.

General Superintendent Reclamation Biodiversity and Education PTFI, Roberth Sarwom mengemukakan PT Freeport Indonesia berkomitmen tinggi terhadap pengelolaan dan pelestarian lingkungan tidak hanya pada wilayah daratan dan pegunungan yang menjadi area penambangan, tidak hanya pada area penimbunan batuan penutup atau daerah pengendapan tailing tetapi juga dilakukan pada daerah pesisir dimana sedimentasi terbentuk. Adalah menjadi suatu pilihan untuk mempertahankan luasan daratan yang terbentuk dengan peningkatan fungsi ekosistem wilayah pesisir.

Dikemukakan, Program Reklamasi Pesisir yang dilakukan PT Freeport Indonesia dilakukan pada daerah-daerah baru yang terbentuk dari proses sedimentasi di sepanjang muara sungai Ajkwa. 

Program ini merupakan salah satu bukti nyata kepedulian yang tinggi dari PT Freeport Indonesia terhadap pengelolaan dan pelestarian lingkungan diseluruh wilayah pertambangannya.

Tumbuh diantara derasnya aliran Sungai Ajkwa dan hempasan gelombang laut Arafura, tanaman mangrove hidup pada habitatnya dengan subur dan terus berkolonisasi membentuk ekosistem hutan bakau yang memberikan kehidupan bagi berbagai makhluk hidup lainnya.

Sejak tahun 2004, PT Freeport Indonesia melalui Departemen Lingkungan Hidup melakukan reklamasi daerah pesisir yang bertujuan untuk mempercepat kolonisasi tanaman mengrove yang tumbuh secara alami pada daratan atau pulau-pulau baru yang terbentuk dari sedimentasi. 

Salah satu pulau baru yang terbentuk dari sedimentasi di muara sungai Ajkwa adalah pulau Waii. Dengan luasan yang cukup luas dan berada tepat ditengah aliran sungai Ajkwa dan mulut muara sungai Ajkwa.

Berbagai penelitian yang dilakukan untuk mengetahui waktu dan metoda penanaman sampai dengan penggunaan jenis tanaman mangrove yang cocok terhadap kondisi lingkungan tempat tumbuh menghasilkan program reklamasi pesisir yang solit dan berhasil. 

Metoda penanaman diawali dengan penentuan musim berbuah dari jenis-jenis tanaman mangrove yang ditanam serta kondisi pasang surut yang terjadi. 

Jenis tanaman mengrove yang dicobakan terdiri dari Rhyzophora mucronata, Rhyzophora apiculata, Sonneratia casiolaris, Avicinnia marina, Sonneratia alba, Bruguiera gymnorhiza, Nypa frutican.

Dari hasil penanaman sebelumnya diperoleh data jenis tanaman mangrove yang memiliki daya adaptasi paling baik dari jenis-jenis lainnya yang dicobakan. 

Rhyzophora mucronata adalah jenis tanaman mengrove yang daya adaptasinya sangat baik terhadap kondisi pasang surut serta derasnya arus dan energy gelombang serta salinitas air di sepanjang area penanaman. 

Tanaman Rhyzophora mucronata ditanam dengan jarak tanam 2 X 2 meter dengan populasi per hektar  mencapai 2.500 tanaman, ditanam dengan jarak tanam rapat agar tanaman dapat bertahan dari kondisi lingkungan yang extrim.(bersambung)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *