BERITA UTAMAEDITORIALMIMIKA

Merawat Kehidupan di Pulau Waii Ditengah Tantangan Arus Sungai Ajkwa – Mimika (Bagian 1) 

cropped 895e2990 d422 4061 9705 e533253f1607.jpg
16
×

Merawat Kehidupan di Pulau Waii Ditengah Tantangan Arus Sungai Ajkwa – Mimika (Bagian 1) 

Share this article
Penanaman mangrove di Pulau Waii
Penanaman mangrove di Pulau Waii

Timika, fajarpapua.com – Kapero melaju kencang, meluncur bak terbang diatas bulir-bulir air, membelah ketenangan sungai Okoropa. Di belakangnya menyusul speedboat Papuni dan Mawiro yang tidak kalah cepat menguntit alur jejak Kapero. 

Padahal waktu masih pagi, sekitar pukul delapan. Hari itu, Jumat (25/2/2022), rombongan wartawan Timika yang berjumlah sekitar 15 orang melakukan peliputan khusus di Pulau Waii, Muara Ajkwa, tempat dimana Freeport menggalakkan program penanaman mangrove. 

ads

Dikomandani Superintendent Media Relations Coorporate Communications PT Freeport Indonesia, Karel Luntungan dan Roberth Sarwom selaku General Superintendent Reclamation Biodiversity and Education PTFI, rombongan menempuh perjalanan sekitar satu jam dari dermaga Cargodock. 

Sepanjang jalan, mata wartawan disuguhkan  panorama alam yang masih asri. Apalagi disisi alur sungai, akar mangrove membentuk bantaran alam membentengi kali dari ancaman abrasi. 

Belum pernah tersentuh tangan manusia, wajar jika hutan bakau Timika merupakan salah satu kawasan ekosistem mangrove terbaik di dunia. Bahkan dinyatakan hutan dengan spesies bakau terlengkap, sampai 43 jenis.

Hutan bakau ini menjadi sabuk alami terbaik melindungi daratan dari badai dan gelombang.  Bisa dibayangkan jika tidak ada bakau, gelombang akan terus menggerus daratan. 

Ditengah perjalanan, terkadang speedboat harus melambat saat berpapasan dengan perahu tradisional masyarakat yang sedang mencari ikan ataupun karaka (kepiting bakau) di pinggiran sungai. Pun, sesekali suara teriakan burung nuri bersahutan memecah keheningan. 

Satu jam perjalanan,  tiga speeboat yang kami tumpangi tiba di Muara Ajkwa. Nama itu tidak asing bagi warga Mimika. Konon muara Aijkwa memiliki luas 26 hektare. Di tempat itu, proses sedimentasi terus terjadi, entah karena endapan lumpur maupun pasir halus dari proses tailing Freeport.

Dihadapan Muara Ajkwa, kini terentang sebuah hamparan pulau, namanya Pulau Waii. Dalam bahasa Kamoro, waii artinya baru. Yah, pulau itu baru saja terbentuk sebagai akibat sedimentasi. Di atas pulau tanpa penghuni itu, PT Freeport Indonesia menggalakkan penanaman pohon mangrove. Memang tidak mudah, derasnya arus Aijkwa serta ombak laut yang menyelinap ke muara, mangrove harus tetap tumbuh, demikian komitmen perusahaan emas dan tembaga asal Amerika itu.

Karena, pulau Waii diharapkan menjadi habitat baru bagi berbagai jenis burung dan biota laut, sekaligus menjadi lahan pencarian nafkah bagi nelayan Suku Kamoro.(bersambung)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *