BERITA UTAMAMIMIKA

PT. Freeport Dukung BKSDA, Kembali Lepasliarkan 163 Satwa Endemik Papua

cropped cnthijau.png
4
×

PT. Freeport Dukung BKSDA, Kembali Lepasliarkan 163 Satwa Endemik Papua

Share this article
Caption, Upacara melepasliarkan 163 satwa endemik ke hutan Iwaka, Nayaro, Papua.
Caption, Upacara melepasliarkan 163 satwa endemik ke hutan Iwaka, Nayaro, Papua.

Timika, fajarpapua.com – Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Papua pada Rabu (8/6) melepasliarkan 163 ekor satwa endemik yang dilindungi di hutan Iwawa Nayaro, Mimika Papua.

Kegiatan itu dilakukan bersama PT. Freeport Indonesia. Sebelum melepasliarkan hewan tersebut, dilakukan tanda tangan berita acara di Balai Reklamasi PT. Freeport Indonesia MP 21.

ads

Adapun satwa yang dilepasliarkan diantaranya labi-labi moncong babi (carettochelys insculpta) sebanyak 161 yang diantaranya 160 merupakan trans lokasi dari Sumatera Barat dan 1 ekor penyerahan dari masyarakat, kasuari sebanyak 2 ekor yang merupakan penyerahan dari masyarakat.

Kepala Seksi Konservasi Wilayah III BBKSDA Papua, Bambang H Lakuy mengatakan satwa labi-labi tersebut merupakan hasil tangkapan dari Reskrim Polda Sumbar beserta Polri.

“Labi-labi ini hasil tangkapan dari Reskrim polda Sumbar dan teman-teman Polri, proses penangkapan 7 Maret dengan 472 ekor, pengiriman sampai Timika 167, 39 diantaranya kurang fit, sehingga pada masa habituasi disini yang 167 ekor itu tersisa 160, 7 ekor mati, tersisa dari trans lokasi 160 dan 1 yang besar dari penyerahan masyarakat ini yang akan kami lepasliarkan,” ujarnya.

Dikatakan masa habituasi dilakukan sejak tanggal 28 Mei hingga sekarang, dan dalam proses pelepasliaran itu pihaknya harus berkomunikasi dengan yang punya ulayat.

“Habituasi dari 28 Mei sampai hari ini, jadi sekitar 12 hari, dan dalam proses pelepasan ini kita komunikasi dengan yang punya ulayat,” katanya.

General Foreman Biodiversity PTFI, Kukuh Indra Kusuma mengatakan PTFI turut serta dalam upaya konservasi satwa Papua.

“Kami saat ini berfokus pada satwa-satwa endemik, termasuk labi-labi moncong babi dan kasuari. Disini peran kita adalah mensupport BKSDA dalam hal yang tidak bisa di cover oleh BKSDA dalam kegiatan konservasi ini di dukung oleh PT Freeport,” ujarnya.

Satwa endemik seperti labi-labi yang diselundupkan ke luar Papua itu nanti akan ditransportasikan dengan didukung oleh PTFI untuk kembali ke Papua.

“Biasanya kami akan cek apakah satwa itu layak dilepasliarkan atau belum, jika belum layak akan diberikan perawatan dan kami kerjasama dengan dinas Peternakan untuk memberi perawatan,” katanya.

Kemudian kalau sudah layak dilepasliarkan maka PTFI akan mengakomodir kegiatan pelepasliaran itu mulai dari transportasi, akomodasi dan lain-lain.

Untuk kasuari pihaknya melihat apakah kasuari tersebut takut terhadap manusia atau tidak sehingga sebelum dilepasliarkan kasuari akan diberikan makanan campuran terlebih dahulu. Basanya kasuari terbiasa dengan makanan lokal seperti pisang, maka nanti makanan tersebut bakal dicampur dengan makanan hutan mulai dari 5 persen, 10 persen, 40 persen, dan hingga akhirnya betul-betul mengenal makanan hutan dan setelah itu baru dilepasliarkan.

“Sebelumnya juga sudah didatangkan dokter hewan untuk memastikan kondisi Satwa tersebut benar-benar layak dilepasliarkan, mulai dari kondisi kesehatan, makanan, habitatnya, dan kebiasaannya. Semua sudah kita asesmen kemarin, dan semuanya memang sudah layak dilepasliarkan,” ungkapnya. (feb)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *