BERITA UTAMAMIMIKA

Akui Kain Kasa Tertinggal Dalam Perut Korban, Ini Klarifikasi Lengkap RSMM Timika, Terbukti Lalai Oknum Dokter Diberhentikan

cropped cnthijau.png
35
×

Akui Kain Kasa Tertinggal Dalam Perut Korban, Ini Klarifikasi Lengkap RSMM Timika, Terbukti Lalai Oknum Dokter Diberhentikan

Share this article
Acara konferensi pers Managemen RSMM.
Acara konferensi pers Managemen RSMM.

Timika, fajarpapua.com – Managemen Rumah Sakit Mitra Masyarakat (RSMM) Timika mengakui meninggalnya pasien wanita yang videonya beredar di laman media sosial, akibat kain kasa yang tertinggal dalam perut.

Klik iklan untuk info lebih lanjut

Pernyataan itu disampaikan Direktur RSMM dr. Jhoni Ribo Tandisau dalam acara konferensi pers yang digelar di Aula Mikael RSMM, Kamis (9/12).

Adapun kronologis kejadian, pasien sedang mengandung anak ke-7. Pada tanggal 26 Agustus lalu diambil tindakan operasi cesar pertama. Setelah menjalani perawatan, tanggal 31 Agustus pasien sudah bisa pulang.

Namun sejak saat itu pasien tidak lagi kontrol. Selama kurang lebih satu bulan, pada tanggal 27 Oktober pasien kembali ke Rumah Sakit dengan keluhan sakit perut, muntah, mual, sehingga dianjurkan untuk opname.

Setelah dirawat beberapa hari, terlihat terjadi sumbatan sehingga dianjurkan untuk operasi lagi, namun pasien menolak dan kembali pulang.

Sampai di rumah, pasien merasa kesakitan akhirnya kembali lagi pada tanggal 20 November. Saat itu muncul kain kasa di bagian perut pasien. Akhirnya pasien masuk Instalasi Gawat Darurat pada tanggal 21 November jam 9 malam.

Setelah dilakukan pemeriksaan namun tidak berhasil mengeluarkan kasa tersebut. Pada tanggal 22 November dilakukan operasi.

Setelah beberapa hari ada sedikit kelainan dan ditemukan kebocoran pada usus sehingga dilakukan operasi ulang pada 27 November, dan 28 November pasien meninggal dunia.

“Benda yang ada adalah kain kasa yang tertinggal pada operasi pertama, kami akui itu adalah kelalaian dari operator dan kurangnya monitor,” ujarnya.

Komite medik Dr. Afdal mengatakan penderita mengeluh sakit kembung, sehingga langkah medis yang harus dilakukan adalah dengan cara bedah.

“Sesuatu hal eksplorasi yang terjadi tidak bisa kami tolak, bisa karena situasi, karena pasien juga. Secara protokol kita lakukan itu, dan dari dokter sendiri sudah menjelaskan sebaik mungkin namun kita gagal memberikan pemahaman, sehingga pada bulan November muncul kasa itu,” tukasnya.

Dikatakan, selama 20 tahun metode yang dilakukan sesuai dengan SOP dan sangat berhati-hati dalam melakukan tindakan.

“Namun semua yang kita lakukan itu masih saja bisa terjadi kelalaian seperti itu, hingga akhirnya kasa tertinggal dalam perut,” katanya.

Sedangkan Anggota YPCP, Anis Magal menjelaskan pada 30 November pihaknya menghadiri pemakaman almarhum di Petrosea, mulai dari ibadah di gereja sampai kembali ke rumah duka, karena pasien dimakamkan di belakang rumah.

“Saya mewakili Yayasan Caritas menyampaikan kepada keluarga permohonan duka yang mendalam, kami keluarga besar Caritas turut terlibat, dan merasakan duka yang mendalam,” ujarnya.

Dikatakan pihak Yayasan telah mengambil langkah-langkah, melakukan investigasi dengan melibatkan IDI.

“Investigasi awal terhadap kematian, sampai hari ini sudah bekerja. Yang berikut kepada pihak keluarga untuk membuka diri duduk bersama, melihat proses kematian kami berharap perwakilan keluarga bisa hubungi yayasan,” paparnya.

Diungkapkan, keluarga menanggapi dengan serius sehingga pihaknya selalu lakukan pendekatan dan kasus itu diharapkan dapat diselesaikan secara kekeluargaan.

“Kemarin kami datangi keluarga kira-kira kapan keluarga bersedia, mereka berpegang teguh pada prinsip awal, harus menunggu ipar yang meninggal. Langkah komunikatif yang kita lakukan dan terus kami lakukan tentu kami tidak membatasi seseorang mencari keadilan, tapi harus sabar. Bagi mereka yang dirugikan itu harus memiliki data yang akurat sehingga tidak disalahartikan pihak lain untuk memanfaatkan momentum ini,” jelasnya.

Langkah awal telah ditetapkan untuk dokter yang bersangkutan telah diistirahatkan sambil menunggu hasil investigasi, sehingga pada akhirnya bisa dilihat bersama, jika betul itu kelalaian tentu ada sanksi berat, tidak ada pembiaran.

Selanjutnya terkait adanya demo yang dilakukan pihak keluarga ia mengatakan bahwa itu bukan dari keluarga pasien.

“Itu bukan dari keluarga, suami tidak menganjurkan untuk demonstrasi, suami akan koordinasi kepada pihak yang ingin berdemo untuk tidak melakukan aksi,” ujarnya.

Menurut dia, RSMM adalah rumah sakit pertama di Mimika yang melayani pasien asli Papua, lebih khusus 5 suku kerabat plus Amungme dan Kamoro, secara luas rakyat Mimika.

“Kalau kita lihat kasus mari kita lihat kasus seperti apa, jangan mengganggu rumah sakit ini. Kami kekurangan kontrol itu benar, tapi akan ada evaluasi besar, saya harap kami masih menunggu pihak keluarga duduk. Kita sandingkan data dari medis dan pihak keluarga,” tandasnya.

“Tidak ada perwakilan kejahatan di rumah sakit ini, diskriminasi, pembunuhan tersistim itu tidak ada,” tambahnya.

Sementara dari Ikatan Dokter Indonesia Kabupaten Mimika, dr. Leonardo Pardede menegaskan rumah sakit Caritas adalah rumah yang selalu menerapkan SOP dan standart kualitas rumah sakit.

“Saya termasuk orang yang bekerja melayani 7 suku disini sejak 2006 dan saya tahu motto dari RS ini, kualitas RS ini. Tidak ada manusia yang sempurna, khilaf, salah itu proses hidup kita belajar dari kesalahan,” ujarnya.

Sop yang disiapkannya sejak puluhan tahun lalu ternyata terjadi saat ini. Dijelaskan apabila saat operasi tidak ditutup dengan kasa bisa mengakibatkan cedera usus.

“Cuma saat ini ada alpa, kelalaian itu, prosesnya sudah terjadi. Semua terjadi atas kehendak Tuhan, kalau pasien ikuti anjuran untuk operasi waktu itu kemungkinan tidak seperti ini,” katanya.

Sehingga pihaknya akan melakukan evaluasi agar tidak terjadi hal yang sama kemudian hari, karena semua itu hanyalah manusia dan kesalahan, kelalaian itu adalah manusiawi.

“Kita evaluasi agar tidak jatuh ke lubang yang sama. Yang bersangkutan sudah bekerja disini sudah satu tahun lebih, dan dokumennya masih legal. Kami tetap mengawal kasus ini untuk dinilai seadil-adilnya. Kami berharap ini bisa dimediasi. Karena yang terbaik adalah mediasi,” tutupnya. (feb)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *